Friday, June 16, 2006

Semuanya Tidak Ada Yang Sia-Sia

"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka". (Q.S. Ali Imran : 191)

“Tidak ada yang sia-sia”. Ungkapan sangat indah ini terus dan terus menggelitik jiwa ini. Ungkapan ini memang sangat relevan dengan makna “pasti ada hikmah dibalik semua peristiwa”.

Disini dan saat ini aku hanya ingin mencoba bernostalgia, menengok kembali kebelakang, pada rangkaian kehidupan yang pernah ku lalui dan ku jalani di masa lalu, tentang betapa memang selalu ada makna, tidak ada yang sia-sia dari setiap rangkaian hidup yang ku lalui. Memang ada duka, kesedihan, rintihan, beban menghimpit dada juga ada senyuman, kebahagiaan dan harapan, tapi semuanya entah kenapa selalu berujung pada akhir yang sama “semua yang pernah kulalui ternyata kini sangat bermanfaat untuk kehidupanku. Untuk dulu aku begini dan tidak begitu”.

Tulisan ini sengaja kubuat, semata hanya sebagai ungkapan syukur pada Sang Maha Kuasa, Sang Sutradara Kehidupan, Sang Maha Perkasa yang membuat semua skenario hidupku, dari masa lalu, masa kini bahkan sampai masa yang akan datang, masa depanku.

Karakter dasarku sebenarnya adalah pendiam, jarang ngobrol dan barangkali kurang komunikatif terutama dengan makhluk yang bernama wanita. Jika bukan mereka yang inisiatif ngajak ngobrol, aku pasti diem seribu bahasan. Tapi ada satu hal yang kadang aku sendiri gak pernah mengerti, jika di acara resmi semisal Forum diskusi atau rapat aku justru sangat aktif berbicara, vokal. Hal ini barangkali yang menyebabkan ketika di SMA dulu aku sering diminta bantuan oleh guru untuk berbicara didepan kelas, menjelaskan kepada teman-teman sekelas tentang materi pelajaran sekolah, terutama tentang pelajaran pavoritku yaitu Biologi dan Kimia. Memang untuk dua pelajaran ini nilainya gak jauh dari 9 atau 10 (he-he..narsis yah). itu barangkali yang menyebabkan waktu SMA dulu aku pernah menjadi salah satu peserta dari 3 peserta yang mewakili SMA ku di Lomba Cerdas Cermat se-Jawa Barat yang diselenggarakan TVRI Stasiun Bandung.

Singkat cerita, waktu kuliah dulu aku pernah menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Asal Sumedang, waktu itu dengan bantuan dosen-dosen yang berasal dari Sumedang aku dan temen-temen lainnya mengajukan profosal tentang konsep “Program Emut Ka Lembur” yang intinya tentang Program Litbang Agribisnis di Kabupaten Sumedang. Aku yang kebagian tugas mewakili temen-temen untuk presentasi di Pemda Kabupaten Sumedang. Aku juga kaget yang hadir ada Ketua BAPPEDA, kepala-kepala dinas bahkan Bupatinya sendiri hadir dalam pertemuan itu. Entah kenapa aku nyaman-nyaman aja ngejelasin konsep yang sudah kutuangkan di plastik transparansi menggunapan proyektor.

Singkat cerita lagi, ketika menjelang Pemilu tahun 2004, di Kecamatan tempatku tinggal (di Bogor), aku ditugaskan menjadi ketua departemen pemberdayaan DPRa, selanjutnya ketua tim desa dan berikutnya berubah menjadi ketua tim direck selling. Pada saat inilah dengan tidak mengenal waktu, aku dengan semangatnya menjalin komunikasi dengan warga masyarakat desa, aparat desa, kepala desa, para tokoh masyarakat, tokoh agama/ ulama, ibu-ibu majlis taklim, pemuda bahkan anak-anak kecil.

Aku tidak pernah berfikir apapun waktu itu, yang terpenting menjalankan amanahku dengan sebaik-baiknya, tidak perduli aku harus menjadi yang paling cape, pontang panting kesana kemari, turun naik angkot, berjalan kaki menyusuri perkampungan, berjalan di bawah terik matahari, dibawah guyuran air hujan, mengetuk satu pintu ke pintu lainnya. Padahal bayangkan waktu itu kantong ku alias keuanganku sangat terbatas, bahkan sering pinjam sana sini hanya untuk memenuhi ongkos dan mempertahankan kehidupanku alias supaya aku tetap bisa makan.

Sedih dan merasa menderitakah aku waktu itu ?..tentu pasti ada karena aku hanyalah manusia biasa, tapi alhamdulilahnya semua itu tidak membuatku larut bahkan semuanya berubah menjadi sebuah semangat yang membara dalam dada, ada sebuah kebahagiaan merasuk dalam dada yang entah aku sendiri tidak mengerti kenapa bisa begini. Semoga ini bisa menjadi tabungan amal di hadapan Allah karena hanya ini yang bisa kuberikan dan kulakukan untuk dakwah ini, itu pikiranku waktu itu.

Waktu terus berputar…..dan sampailah pada kehidupanku saat ini.

Tahukah apa yang terjadi ?, aku harus bekerja yang mau gak mau aku harus banyak berkomunikasi dengan masyarakat dari berbagai suku bangsa, agama dan karakter. Berhubungan dengan birokrasi mulai dari kepala desa, camat, juga dengan staf pemda dan para pejabatnya. Disini bukan hanya semata berkomunikasi, tapi aku juga dituntut untuk bisa dan berani berbicara di depan umum dan forum resmi dan sekaligus harus menjalin hubungan dengan baik. Aku tidak pernah berfikir apa-apa dan aku sendiri merasa ini semua tidak menjadi beban bagiku, seakan mengalir begitu saja, biasa. Aku sendiri merasa heran mengapa harus seperti ini.

Dan kini, ketika aku renungkan, aku baru menyadari jika dulu ketika SMA aku memang terbiasa dan suka berbicara di forum resmi, selanjutnya aku pernah presentasi di depan para pejabat PEMDA sumedang, kemudian aku juga terbiasa berkomunikasi dengan masyarakat ketika menjelang Pemilu dulu. Ini barangkali salah satu hikmah yang kini kurasakan manfaatnya dari apa yang aku lakukan dulu.

Waktu dulu aku memang sama sekali tidak pernah terpikir jika semua yang kulakukan dulu akan bermanfaat bagi kehidupanku kini, setelah waktu berjalan, setelah situasi, kondisi dan tempat yang berbeda.

“Ah..sungguh Engkau memang maha kuasa Ya Rabb, engkau tahu mana terbaik bagi kehidupanku”.

Jika dulu aku pernah tidak punya uang sama sekali walau hanya untuk ongkos angkot pergi ke desa-desa serta untuk makan sehari-hari, tetapi saat ini justru Allah memberikan kemudahan rijki yang begitu besar dan mudah untuk ku. Jika dulu aku harus meminjam uang pada temen-temen ku, maka kini aku justru bisa meminjamkan uang, membayar jakat mal, memberi pada adik dan orang tua walau tak seberapa, memberikan angpau pada ponakan-ponakan kalau aku lagi cuti, aku bisa membeli lap-top sendiri, menyisihkan sebagian gajihku untuk ditabung, dll.

Subhanallah..sungguh Engkau Maha Kuasa dan Maha Pengasih Ya Rabb. Dulu Engkau memberi pelajaran yang begitu berharga, mungkin saat itu kadang aku mengeluh dan merintih, tapi ternyata Engkau maksudkan semuanya untuk kebaikan hidupku sendiri di masa yang akan datang.

Sungguh benar janjinya dalam Al-Quran : …Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia….(Q.S. Ali Imran : 191).

Ya Rabb, hamba mohon ampun jika selama ini hamba masih lalai untuk hanya mencintai-Mu..

Jika hamba masih terus terbelunggu oleh dunia..

Jika hamba masih menyimpan dunia ini dalam hati hamba dan bukan dalam genggaman tangan hamba..

Jika hamba menjadi insan yang tidak pandai bersyukur pada-Mu..

Berilah air suci mu, jadikan aku kekasih-Mu, biarkan aku hanya cukup mencintai-Mu saja….

Saat ini, tentu ada senyuman, kebahagiaan, keceriaan, dan juga tentu ada kesedihan, rintihan, dan permasalahan yang membebani dada. Seharusnya tidaklah semuanya membuat aku terlena dan terpuruk, karena sesungguhnya saat ini Allah tengah memberikan sebuah pelajaran kehidupan yang teramat berharga bagiku, yang Insya Allah suatu saat kelak akan sangat berharga dan bermanfaat bagi kehidupanku.

Karena Allah tahu mana yang terbaik bagiku dan hanya ingin memberikan yang terbaik bagiku, dan karena Allah tidak akan membawaku pada kemudharatan.

Aku yakin dengan sepenuh hati…Insya Allah….

2 comments:

Anonymous said...

Barangkali kisah berikut juga berguna bagi rekan rekan >> Tidak Ada Hal yang Sia Sia ?

mary said...

tidak ada yang sia-sia akh...we born to fight..Allah pasti sudah mencatat segala amalan antum dan Allah pasti akan membalasnya dengan ganjaran yang lebih baik..tidak ada yang sia-sia...syukran ane bisa membaca artikel antum..ane juga mengambil hikmah dari kisah antum