Monday, June 12, 2006

Dengan Cara Apa Kita Dulu Dibesarkan

Jika anak banyak dicela, ia akan terbiasa menyalahkan
Jika anak banyak dimusuhi, ia akan terbiasa menentang
Jika anak dihantui ketakutan, ia akan terbiasa cemas
Jika anak banyak dikasihani, ia akan terbiasa meratapi nasibnya
Jika anak dikelilingi olok-olok, ia akan terbiasa menjadi pemalu
Jika langkah anak dikitari rasa iri, ia akan terbiasa merasa bersalah

Jika anak serba dimengerti, ia akan menjadi penyabar
Jika anak banyak diberi dorongan, ia akan terbiasa percaya diri
Jika anak banyak dipuji, ia akan terbiasa menghargai
Jika anak diterima oleh lingkungan, ia akan terbiasa menyayangi
Jika anak tak banyak dipersalahkan, ia akan terbiasa senang menjadi dirinya sendiri
Jika anak mendapat pengakuan dari kiri kanan, ia akan terbiasa menetapkan arah
Jika anak diperlakukan jujur, ia akan terbiasa melihat kebenaran
Jika anak ditimbang tanpa berat sebelah, ia akan terbiasa melihat keadilan
Jika anak mengenyam rasa aman, ia akan terbiasa mengandalkan diri dan mempercayai orang sekitarnya
Jika anak dikerumuni keramahan, ia akan terbiasa berpendirian :

“Sungguh Indah Dunia Ini”


pertanyaannya kini, “dengan cara apa dulu kita dibesarkan oleh orang tua kita ?..”

Tidak perlu dijawab dengan kata-kata, karena semuanya hanya butuh sebuah bisikan dalam hati yang berani berkata dengan jujur pada suara nurani. Karena apapun jawabannya, semuanya sudah berlalu, dan sang roda waktu tak pernah bisa menggelinding kembali ke belakang. Kini mungkin kita sudah tumbuh menjadi sebuah sosok yang dewasa (umur maksudnya). Mungkin ada yang sudah berumur 17 tahun, 20 tahun, 25 tahun dan seterusnya dengan sebuah karakter yang melekat pada diri kita.

Mungkin ada diantara kita yang kini tumbuh menjadi sebuah sosok yang penyabar, percaya diri, terbiasa menghargai orang lain, menyayangi dengan tulus, optimis, berani menatap kedepan, punya prinsip dan karakter positip lainnya. Segeralah panjatkan puji syukur pada Sang Kuasa, karena dengan petunjuknya kemudian orang tua kita mendidik dengan cara yang seharusnya. Bersimpuhlah pada pangkuan ibunda dan ayahanda tercinta, sampaikan dengan segenap air mata kebahagiaan..”Ibunda, ayahanda, tidak ada kata yang paling pantas diucapkan oleh ananda, selain ucapan terimakasih dari lubuk hati yang paling dalam kepada ibunda dan ayahanda yang telah mendidik ananda dengan segenap kasih sayang dan keteladanan”.

Bila kini, ada mungkin diantara kita yang terbiasa menyalahkan orang lain, menentang orang lain, cemas, terbiasa meratapi nasibnya, pemalu, rendah diri, tertutup dan introvert, pendendam, tidak punya pendirian alias plin-plan dan segenap karakter negatif lainnya, apakah kita kemudian akan menyalahkan dan membenci orang tua kita sendiri karena mereka telah salah mendidik kita ?.

Entahlah, tapi yang jelas bila kita tanyakan masalah ini pada orang bijak, semuanya pasti akan menjawab “tidak ada alasan untuk membenci orang tua kita sendiri, siapapun dan bagaimanapun mereka adanya”.

“Setuju..100 %”, aku setuju dengan pendapat orang-orang bijak tersebut. Siapapun dan bagaimanapun adanya orang tua kita, begitu dan terlalu banyak jasa mereka bagi hidup kita, yang tak akan pernah terbalas sampai kapanpun. Jadi hormati dan sayangilah mereka dengan sepenuh hati.

Belajarlah berdamai dengan takdir. Terimalah kenyataan adanya kita dan keberadaan mereka. Berusahalah untuk memohon petunjuk dan bimbingan dari Sang maha Kuasa untuk membantu merubah bahkan menghilangka semua karakter negatif kita dan menggantinya dengan karakter yang positif. Tidak ada yang sulit dan tidak mungkin bagi Allah.

Pertanyaan yang kemudian harus terus kita camkan dalam hati kita adalah :

“Dengan Cara Apa nanti kita Akan Membesarkan Anak-Anak Kita ?”

kembali tidak perlu dijawab dengan kata-kata maupun argumentasi. Cukup bulatkan tekad dalam hati, tancapkan dalam hati sanubari menjadi sebuah tekad yang membara, jika kita akan mendidik anak kita menjadi Anak Yang Sholeh, mendidik dengan cara Rasulullah membesarkan anak-anaknya.

Aku percaya, siapaun yang membaca tulisan ini adalah orang-orang yang sholeh dan sholehah. Jadi Insya Allah aku doakan dengan sepenuh kesungguhan hati, semoga engkau kelak bisa mendidik anak-anak belahan hati dengan cara yang benar dan tumbuh menjadi anak yang sholeh. “Tolong doakan aku juga yah ?”.

Bila kita tak memiliki harta untuk beramal jariyah, bila kita tak memili ilmu yang bermanfaat, lantas apalagi yang bisa kita harapkan untuk menjadi bekal tabungan kita di akhirat kelak selain memiliki seorang Anak Yang SHOLEH.

Wallahualam..
######
Perenungan di saat kesendirian, di Sekret Tim Tanah PGN

No comments: