Thursday, April 26, 2007

Kenikmatan Terindah Dari Sebuah Permasalahan

Hal paling indah dari sebuah Permasalahan yang menimpa hidup kita, bukanlah pada saat selesainya permasalahan tersebut, tetapi justru ketika kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari permasalahan tersebut”.

Kita dilahirkan ke dunia ini satu paket bernama Takdir. Didalamnya ada kesenangan dan kebahagiaan, juga ada permasalahan dan kesempitan. Tapi ya begitulah yang namanya dunia. Mau ga mau, suka gak suka kita-kita pada pasti mengalaminya. Jadi salah besar dong jika kita hanya mau menerima kesenangan sajah dan gak mau menerima adanya permasalahan.

Masalahnya, mau gak nih kita untuk tetap tersenyum dengan hati yang tegar bukan saja ketika datang kesenangan tetapi juga ketika segunung permasalahan menghimpit dada menghampiri kita ?.... nah ini dia sulitnya. Apalagi memang yang namanya manuisa termasuk pribados oge akang-akang, teteh-teteh sadayanya memang pada dasarnya paling suka berkeluh kesah.

Kalau coba kita pikirkan lebih jernih lagi, ngerasa gak kalau ketika kita dalam kesulitan justru hati kita lebih dekat dan tergantung kepada Allah ?. Makanya biasanya sih kita mendadak jadi rajin sholat tepat waktu, sholat malam, berdoa juga khusus buanget dan gak putus-putus. Sebaliknya ketika kita dalam kesenangan, kok kita malah seringkali lupa tuh untuk tetap tergantung dan dekat dengan Sang Pencipta.

Kesimpulannya, dibalik semua musibah, ujian dan permasalahan itulah justru sebenarnya terletak sebuah misteri adanya kebaikan untuk diri kita dan kasih sayang dari-Nya supaya kita kembali kepada-Nya. Inilah barangkali yang bernama “Hikmah” dibalik ujian atau permasalahan. Jika kita sudah bisa merasakan “Hikmah’ ini, nikmat banget lho rasanya....MAK NYUS begituh kalau meminjam istilah pak Bondan Gunawan di acara Wisata Kuliner mah.

Tapi ngomong-ngomong, sebenarnya ini mah nasihat buat dirikuh sendiri kok. Tapi kalau temen temen yang baca tulisan ini juga ada yang terinspiasi, ya Alhambulillah banget gitu Loh.....

Tugas : Info Aktual"

Nanti malam adalah jadwal pertemuan pekanan dengan teman-teman. Waktu sudah menunjukan jam 18.00. “Aduh...aku lupa kalau nanti malam aku kebagian Taujih Info Aktual”. Akhirnya setelah selesai sholat magrib di Masjid Jamiatul Ikhlas, aku segera saja memacu Dede Boy alias si New Jupiter Z merah marun kesayanganku menuju ke Warnet F-Net yang kebetulan tidak terlalu jauh dari rumah kontrakanku. Pulang dari Warnet aku langsung sholat isya kemudian meluncur ke rumah sahabatku di Sukarame.

Situs http://www.eramuslim.com/ dan www.pk-sejahtera.org segera kubuka. Dua situs ini memang yang paling sering aku jelajahi di dunia maya. Akhirnya di Situs PK Sejahtera aku memilih artikel tentang sambutan SBY di acara Milad ke-9 PKS. Yaitu “SBY.... “Sudah Saatnya Peradaban Islam Bangkit”, “Sambutan Presiden RI DR. H Soesilo Bambang Yudhoyono, dan tulisannya Drs. Al Muzzammil Yusuf, Wakil Ketua Komisi III DPR-RI tentang Delegasi Parlemen Israel Tidak Pantas Ikut IPU.

Di situs Eramuslim aku mengambil artikel berjudul “Sabar Menjemput Rijki” tulisannya Sdr. Dudu Badrusalam dari rubrik Oase Iman. Artikel ini berisikan nasihat penyejuk ruhani bagi insan yang sedang berjuang menjemput rijkinya. Ada beberapa hadist yang sangat menggugah hati :

Rosulullah pernah mengatakan, "Ada dosa yang tak bisa dibersihkan dengan shalat, zakat, puasa dan haji, tetapi bisa dibersihkan dengan kepedihannya mencari nafkah”

Mutiara hikmah mengatakan, "bekerjalah untuk duniamu seolah olah engkau akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah olah akan mati besok”.

“Tak ada suatu masalah tanpa kehendak Nya, termasuk menjemput rejeki. Dan Allah juga tidak semata-mata mendatangkan kesulitan, kalau memang tidak sesuai dengan kesanggupan hamba Nya. Mudah-mudahan kita semua diberikan kemudahan dalam segala urusan oleh Allah SWT.”

Akhirnya aku menutup sesi “Info Aktual” itu dengan sebuah untaian kalimat :

“Jangan dipikir semata dengan kecukupan materi dan gaji yang besar kemudian akan membuat kita menjadi lebih tenang dan bahagia. Ada kalanya justru ketika materi itu sudah ada di genggaman kita, ketenangan dan kebahagiaan itu seringkali malahan terbang bersama angin. Mengapa bisa demikian ?....jawabannya adalah karena dengan kesulitan rejeki bisa jadi justru membuat kita benar-benar merasa tergantung kepada Sang Maha Pencipta, dan inilah sumber ketenangan jiwa yang hakiki. Sebaliknya ketika kita bergelimang materi, yang terjadi serinjkali justru materi itulah yang menjadi gantungan hidup dan hati kita, sehingga yang terjadi adalah kegelisahan dan ketakut akan kehilangan semua kenikmatan materi itu”.

Kalimat indah diatas seakan keluar begitu saja dari mulutku. Ketika aku selesai berbicara, sesungguhnya hatiku menjerit kepada Sang Pencipta...”Ya Rabb, hamba mohon ampun jika hamba telah lalai dari bergantung kepada-Mu dan lebih bergantung pada materi dan makhluk-Mu. Hamba mohon bimbinganmu ya Rabb untuk menggenggam materi ini dalam genggaman tanganku dan bukan dalam genggaman hatiku”.

Friday, April 20, 2007

Antara Aku & Kakakku (Bag. 2)

Setelah diwisuda, yang aku ingat dia menjadi asisten dosen di jurusan tempatnya kuliah. Sepertinya dia memang bercita-cita menjadi dosen. Beberapa waktu kemudian ada pembukaan CPNS di Lingkungan PEMDA Provinsi Jawa Barat, dia pun akhirnya ikut tes CPNS itu. “Alhamdulillah lolos mah, pa..”, itu yang disampaikan kakakku mengabarkan kelulusannya.

Beberapa waktu kemudian, ada seleksi pembukaan dosen UNPAD. Karena memang waktu itu dia juga berstatus sebagai asisten dosen, dia pun mencobanya. “Alhamdulillah lolos mah, pa..” itu lagi yang aku dengar dari perkataan kakakku. Subhanallah, Allah memang begitu memudahkan langkah kakakku. Yang terlintas di benakku, dia waktu itu cukup kebingungan harus memilih yang mana. Setelah berdiskusi dengan keluarga dan pihak-pihak lainnya, akhirnya kakakku memilih untuk menjadi Dosen UNPAD dan tidak mengambil jadi pegawai PEMDA. Padahal waktu itu ia sudah dalam tahapan Litsus dan ditempatkan di BAPPEDA Kabupaten Indramayu.

Sederhana, itu adalah salah satu sosok paling menonjol dari kakakku. Dia paling sering mengingatkanku untuk tidak boros dan jangan terlalu sering jajan makanan diluar. Waktu terus berjalan, akhirnya sekitar tahun 2002 dia menikah dengan seorang wanita berkarakter lembut berasal dari Kota Garut Jawa Barat. Kami biasa memanggilnya dengan panggilan “Teh Ai”.

Sekitar akhir tahun 2004, dengan kebesaran-Nya kakakku memperoleh kesempatan untuk mengambil pendidikan S-2 di Australia dengan beasiswa dari USAID. Aku masih ingat ketika itu kami sekeluarga melepas kepergian Kakakku di Bandara Soekarno Hata Jakarta. Bapak, Mamah, Aku, Adiku dan keluargaku yang lain satu persatu memeluk kakakku. Ada air mata bahagia, sekaligus kesedihan karena untuk sementara kami sekeluarga harus berpisah dengan jarak yang sangat jauh.

Aku ingat waktu itu aku berkata kepada kakaku, “A.., doain yah supaya dede cepet nikah”. Sebuah ungkapan spontan, padahal waktu itu aku sama sekali belum kebayang akan menikah kapan dan menikah dengan siapa. Yang jelas aku berharap ketika menikah nanti bisa dihadiri oleh kakakku. Akhirnya memang aku menikah justru ketika kakakku masih di Australia.

Memang benar seperti apa kata pepatah, seseorang itu baru terasa begitu berharga ketika dia jauh dari diri kita. Itu juga yang aku rasakan, betapa aku selalu terbayang segala sikap dan perkataan kakakku. Tapi Insya Allah aku bisa memahami inilah yang namanya kehidupan. Suatu saat bahkan kita pasti akan berpisah dengan orang-orang yang kita cintai untuk selama-lamanya.
Dua bulan kemudian, kakak iparku (Teh Ai) dan ponakanku yang cantik dan lucu (Neng Fani) menyusul ke Australia untuk mendampingi kakakku disana. Tanpa terasa, waktu hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Dua tahun sudah mereka berada di perantauan. Kakaku pun kini sudah memiliki dua anak. Satu lahir di Indonesia dan yang satunya lagi lahir di Australia sana. Bahkan kabar dari kakakku, kini kakak iparku sudah hamil lagi sekitar 3 bulan katanya.

Semoga Allah senantiasa melindungi, menjaga dan memberikan karunianya kepada kita Bapak, Mamah, Aa, Jajang.

Aku mencintai kalian…..
Catatan : Dede adalah panggilanku di keluarga

Antara Aku & Kakakku (Bag. 1)


(Kisah Dibalik Selembar Foto Buram)


Keluarga kami sebenarnya mempunyai cukup banyak dokumentasi foto, namun sayangnya ketika kami pindah rumah foto-foto itu tertumpuk dengan berkas-berkas dan barang-barang yang lain sehingga akhirnya foto-foto itu menjadi rusak. Sayang memang, padahal foto-foto itu menyimpan sejuta makna. Banyak foto-foto bapak dan ibuku juga tentang masa kecil kami yang ikut rusak. Beberapa waktu lalu ketika aku pulang ke Sumedang, aku coba memisahkan foto-foto yang masih bagus dan rusaknya tidak terlalu parah, kemudian aku masukkan ke Album Foto yang baru.

Foto yang aku pasang diatas adalah foto aku dan kakakku ketika masih kecil, latarnya adalah sebuah rumah panggung di desa Tanjungkerta, Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang. Ayah dan ibuku memang dua-duanya seorang guru, kebetulan waktu itu meraka ditugaskan di sana, aku juga dilahirkan disana.

Kami tiga bersaudara yang semuanya berjenis kelamin laki-laki, satu kakak dan satu adik jadi aku berada di tengah-tengah. Saat ini aku hanya ingin bercerita dan mengenang tentang kehidupan kami bersama kakak ku satu-satunya, lebih jelasnya aku ingin bercerita tentang profil dan kehidupan pribadinya. Tentang adikku, mungkin lain kali akan aku ceritakan.

Oh iya…, di keluarga kami mempunyai panggilan yang berbeda dengan nama asli masing-masing. Kakakku dipanggil dengan nama “Aa”, aku dipanggil “Dede” dan adiku di panggil “Jajang”.

Nama kakakku adalah Yusuf Hidayat, dia tumbuh sama seperti anak-anak lainnya, perbedaanya adalah kemampuan otaknya memang melebihi rata-rata. Yang aku ingat, ketika kakaku duduk di bangku SD (dari kelas 1 s/d kelas 6) dia selalu mendapat rangking 1. Begitu juga ketika di SMP, dia selalu menjadi rangking 1 dan juara umum. Aku masih ingat dulu bagaimana ia di paksa oleh teman-temannya juga oleh guru-guru untuk mau menjadi ketua OSIS. Dia enggak mau, walaupun akhirnya dengan terpaksa dia akhirnya menerima di dudukkan menjadi ketua OSIS.

Setelah lulus SMA, dia kemudian masuk ke SMAN I Sumedang, SMA yang kemudian menjadi almamaterku juga. Hidup memang berputar, entah apa yang terjadi, yang ku ingat ketika dia di bangku SMA tidak pernah mendapat rangking satu (bahkan seringnya diatas rangking sepuluh). Justru malah aku yang ketika SMA mendapat rangking satu (padahal ketika SD dan SMP aku tidak terlalu menonjol). Hidup memang selalu berputar.

Waktu terus berputar, dan akhirnya dia kuliah di jurusan HPT Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Aku tidak tahu terlalu percis seperti apa dia ketika kuliah, tapi yang aku tahu dan dari cerita teman-temannya, dia menjadi mahasiswa yang pintar, baik menyenangkan dan aktif di organisasi. Dulu dia menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan HPT dan kalau gak salah IPK terakhirnya 3,54.

Gaji Pertama...

Kurang lebih satu bulan lamanya, adiku berada dan bekerja di belantara Jakarta. Jujur sebenarnya ada sebuah kekhawatiran di dasar hatiku. Jakarta adalah sebuah tempat yang serba ada. Sumber kebaikan bisa mudah diperoleh, dan sumber kemaksiatan juga sangat mudah ditemui. Aku sebenarnya berharap adiku bekerja di seputaran Sumedang saja, paling jauh di Bandung lah. Seperti yang pernah kutulis sebelumnya, utamanya supaya bisa lebih menjaga kedua orang tuaku. Tetapi walau bagimanapun, kembali hanya Sang Kuasa yang punya skenario. Kini hanya satu harapan dan doa yang senantiasa terpanjatkan. Semoga Allah senantiasa menjada dan membimbing adiku ke arah jalan yang lurus, jalan yang di Ridhoinya.

Selama satu bulan dia di Jakarta, aku cukup sering menanyakan kabarnya dengan menelephone atau sekedar SMS serta mengingatkan supaya jangan meninggalkan shalat yang 5 waktu.

Beberapa hari yang lalu kami berbicara lewat telephone, kalau awal bulan April ini dia akan menerima gaji pertama. Kemudian Insya Allah katanya tanggal 5 nanti mau pulang dulu ke Sumedang. Aku cukup surprise juga, katanya mungkin gajih pokok dan bonusnya sekitar Rp 2.200.000,-. Subhanallah, untuk seorang fresh graduate dari daerah aku kira jumlah ini sudah cukup besar. Aku menangkap ada binar kegembiraan dari nada suaranya. Jujur aku sangat terharu ketika itu, dan aku kemudian mengirim sms seperti ini kepada adiku :

“Alhamdulillah jang kalau sudah menerima gaji pertama. Jajang jangan boros yah, sebagian uangnya ditabung untuk masa depan. Jajang jangan hidup royal dan boros di Jakarta, sederhana saja...prihatin. Jangan lupa sholat dan bersyukur pada Allah SWT ya.”

Semoga Allah melindungimu adiku...

Catatan : Jajang adalah nama panggilan adiku.

Adiku Mendapat Pekerjaan

Adikku satu-satunya kini sudah menjadi seorang sarjana, tepatnya Sarjana Pertanian. Dia kuliahnya di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian. Wisudanya sih beberapa bulan yang lalu. Alhamdulillah kini dia sudah mendapat pekerjaan di Jakarta.

Tepatnya hari minggu pagi tanggal 18 Februari yang lalu, dia mulai melangkahkan kaki untuk mengadu nasib di belantara kota Jakarta. Memang ada banyak sisi dibalik kepergian adiku ke Jakarta untuk bekerja. Kami sekeluarga sangat merasa bahagia karena kini adiku sudah mulai bekerja dan insya allah mulai hidup mandiri. Tapi disisi lain kami juga merasa sedih, karena dengan bekerjanya dia di Jakata berarti dia harus meninggalkan rumah orang tuaku di Sumedang, sekaligus menyebabkan ayah dan ibuku kini hanya tinggal berdua saja dirumah.

Aku jadi teringat akan apa yang dikatakan ayah dan ibuku ketika adiku akan pergi ke Jakarta : “Tidak apa-apa jajang pergi bekerja di jakarta, karena semuanya untuk masa depannya”.

Ada benarnya juga. Yang jelas kini aku hanya bisa berdoa semoga Allah senantiasa melindungi dan menjaga adiku di Jakarta, serta senantiasa menjaga dan merahmati kedua orang tuaku di Sumedang.

Aku kini ada dan bekerja di Lampung, kakakku sedang Studi S-2 di Australia dan kini adikku yang tadinya aku harapkan akan tinggal dan bekerja di Sumedang sehingga dapat lebih intensif menjaga kedua orangtuaku justru kini malahan bekerja di Jakarta.

Allah adalah pemilik seluruh jiwa, pengatur seluruh sekenario kehidupan.