Friday, April 20, 2007

Antara Aku & Kakakku (Bag. 2)

Setelah diwisuda, yang aku ingat dia menjadi asisten dosen di jurusan tempatnya kuliah. Sepertinya dia memang bercita-cita menjadi dosen. Beberapa waktu kemudian ada pembukaan CPNS di Lingkungan PEMDA Provinsi Jawa Barat, dia pun akhirnya ikut tes CPNS itu. “Alhamdulillah lolos mah, pa..”, itu yang disampaikan kakakku mengabarkan kelulusannya.

Beberapa waktu kemudian, ada seleksi pembukaan dosen UNPAD. Karena memang waktu itu dia juga berstatus sebagai asisten dosen, dia pun mencobanya. “Alhamdulillah lolos mah, pa..” itu lagi yang aku dengar dari perkataan kakakku. Subhanallah, Allah memang begitu memudahkan langkah kakakku. Yang terlintas di benakku, dia waktu itu cukup kebingungan harus memilih yang mana. Setelah berdiskusi dengan keluarga dan pihak-pihak lainnya, akhirnya kakakku memilih untuk menjadi Dosen UNPAD dan tidak mengambil jadi pegawai PEMDA. Padahal waktu itu ia sudah dalam tahapan Litsus dan ditempatkan di BAPPEDA Kabupaten Indramayu.

Sederhana, itu adalah salah satu sosok paling menonjol dari kakakku. Dia paling sering mengingatkanku untuk tidak boros dan jangan terlalu sering jajan makanan diluar. Waktu terus berjalan, akhirnya sekitar tahun 2002 dia menikah dengan seorang wanita berkarakter lembut berasal dari Kota Garut Jawa Barat. Kami biasa memanggilnya dengan panggilan “Teh Ai”.

Sekitar akhir tahun 2004, dengan kebesaran-Nya kakakku memperoleh kesempatan untuk mengambil pendidikan S-2 di Australia dengan beasiswa dari USAID. Aku masih ingat ketika itu kami sekeluarga melepas kepergian Kakakku di Bandara Soekarno Hata Jakarta. Bapak, Mamah, Aku, Adiku dan keluargaku yang lain satu persatu memeluk kakakku. Ada air mata bahagia, sekaligus kesedihan karena untuk sementara kami sekeluarga harus berpisah dengan jarak yang sangat jauh.

Aku ingat waktu itu aku berkata kepada kakaku, “A.., doain yah supaya dede cepet nikah”. Sebuah ungkapan spontan, padahal waktu itu aku sama sekali belum kebayang akan menikah kapan dan menikah dengan siapa. Yang jelas aku berharap ketika menikah nanti bisa dihadiri oleh kakakku. Akhirnya memang aku menikah justru ketika kakakku masih di Australia.

Memang benar seperti apa kata pepatah, seseorang itu baru terasa begitu berharga ketika dia jauh dari diri kita. Itu juga yang aku rasakan, betapa aku selalu terbayang segala sikap dan perkataan kakakku. Tapi Insya Allah aku bisa memahami inilah yang namanya kehidupan. Suatu saat bahkan kita pasti akan berpisah dengan orang-orang yang kita cintai untuk selama-lamanya.
Dua bulan kemudian, kakak iparku (Teh Ai) dan ponakanku yang cantik dan lucu (Neng Fani) menyusul ke Australia untuk mendampingi kakakku disana. Tanpa terasa, waktu hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Dua tahun sudah mereka berada di perantauan. Kakaku pun kini sudah memiliki dua anak. Satu lahir di Indonesia dan yang satunya lagi lahir di Australia sana. Bahkan kabar dari kakakku, kini kakak iparku sudah hamil lagi sekitar 3 bulan katanya.

Semoga Allah senantiasa melindungi, menjaga dan memberikan karunianya kepada kita Bapak, Mamah, Aa, Jajang.

Aku mencintai kalian…..
Catatan : Dede adalah panggilanku di keluarga

No comments: