Thursday, September 30, 2010

"Tentang Pemuda Desa Pemberani itu"

06.00. 27 Sept 2010.
Cerita Diatas Kereta Banten Exspress

"(Usianya baru 19 tahun, dia berani memutuskan menikah walau hanya mengenal calon istrinya melalui telpon dan hanya bertemu 1 (satu) kali sebelum memutuskan akan melamarnya. Dia seorang Satpam & calon istrinya bekerja sebagai penjaga toko)"

Monday, September 20, 2010

Disaat Kematian Ayah/Ibu Menjemput"

03 September 2010 jam 17:20
Jum'at, 16.30. Jakarta.


"Adakah hal yg lebih membuat kita bersedih dibanding ditinggalkan ayah atau ibu kandung kita untuk selama-lamanya ?. Bagaimanakan rasanya menahan kerinduan terhadap ayah/ibu kita yg sudah berada di sisi-Nya ?..."

Ini hanyalah sebuah catatan kecil, sambil menunggu kberangkatan kereta Banten Exspress. Catatan kecil sekaligus perenungan diri, sekaligus mencambuk hati.

Alhamdulillah kedua orang tua kandungku masih ada di dunia ini, walaupun kami tinggal beda kota. Aku di Banten/Jakarta, kedua orang tuaku di Sumedang sana. Yg jelas rasa kepemilikan dan cinta itu melewati batasan jarak dan waktu.

Aku juga mengenal beberapa orang teman di dunia nyata maupun di dunia maya (kenal di internet), dimana ayah atau ibu mereka sudah meninggal dunia. Mendengar cerita mereka, atau bahkan hanya membaca status mereka di facebook yg menuliskan kerinduan pada sosok ayah/ibu yg sudah meninggal dunia, sudah cukup membuatku sangat bersimpati. Aku yakin, ungkapan kerinduan mereka skaligus ungkapan rasa kehilangan adalah kerinduan yg suci, rasa cinta yg tulus, rasa sayang yg ikhlas. Merindukan ayah/ibu mereka, membuat mereka menangis, and i can feel it. Aku membayangkan, andai ayah/ibu ku sdh meninggal, tentu aku pun akan merasakan hal yg sama. Merindukan sosok ibu/ayah yg sudah sepuh di Sumedang sana, sudah cukup membuatku berkaca, apalagi membayangkan sosok yg berada di akhirat sana, seperti membayangkan sosok yg diluar jangkauan mata.

dan tadi pagi, begitu sampai di kantor, aku dapat kabar kalau Bapak salah seorang teman kantor ku, telah meninggal dunia. Hmmmm. Kami pun segera meluncur ke rumah duka di daerah Tanjungpriok sono.

Teman kerjaku itu adalah sosok yg lucu, suka bercanda, pembawaannya ngelucu mulu. dan ketika kami tiba di rumah duka, sosok yg lucu & penggembira itu muncul di hadapan kami, dengan mata memerah tanda tangisan. dan saat ku sampaikan "Sy turut berduka cita, sabar ya", dia menjawab dengan suara terbata-bata, bergetar : "Iya, makasih kang".

Hmmmm..... seperti apa perasaan sahabatku yg baru ditinggal ayahnya itu sekarang ?...hampa tentu nya. Tapi sedalam apakah kehampaan itu, hanya dia yg tau. dan Insya Allah kita juga cepat atau lambat akan merasakannya, cepat atau lambat.

Menurut cerita sahabatku, ayahnya meninggal dunia saat sedang sujud, di sholat Tahiyatul Masjid sebelum shalat ashar di masjid yg letaknya hanya beberapa meter dari rumah. Saat itu beliau juga sedang puasa. Kematian yg sungguh indah. Kematian saat berpuasa ramadhan, kematian disaat sujud dalam sholat tanda kerendahan diri di hadapan Sang Pencipta, juga kematian yg terjadi di Rumah Allah, Masjid. Sungguh indah sesungguhnya, walau kematian tetaplah terasa sangat memilukan.

Hmmmmm... kematian memang kpastian, hanya masalah waktu. Ia juga misteri, semisteri bagaimana cara kita mati nanti, disaat apa, dan dalam kondisi apa kita nanti mati. Yg jelas semoga kita mati disaat beriman, saat khusnul khotimah, saat bibir kita basah karna berdzikir pd Allah. Semoga kematian kita juga seindah kematian ayahhanda sahabatku itu.

6 (enam) tahun yg lalu, disaat seorang sahabat di Bandar Lampung sana ditinggal ibu nya untuk selama-lamanya, setelah ayah nya meninggal lebih dahulu (artinya dia kini yatim piatu). Dia berkata, dengan kalimat yg selalu ku ingat sampai kini, sampai kapanpun : "Allah lebih sayang pada kedua orangtuaku, dibanding rasa sayang sy pd kedua orang tuaku. Makanya Allah segera memanggil mereka untuk berada disisi-Nya. dan Insya Allah sy mengikhlaskan kepergian mereka untuk selama-lamanya".

Memang tdk selalu orang tua kita yg meninggal terlebih dahulu, bisa jadi kita yg mendahului mereka.

Bagi temen-temen, sahabat, saudara ku di dunia nyata atau pun yg kenal hanya di dunia maya. Yg ayah atau ibu nya sudah meninggal dunia, aku hanya ingin berkata :
"Bersabar ya, sampaikan rasa rindu yg menggelora sekian lama itu dengan bersujud, bersimpuh, merendahkan diri dan menengadahkan kedua tangan pd pemilik ayah/ ibu. Sampai kerinduan itu dengan doa tulus seorang anak pada ayah/ibu. Sampaikan doa dan kerinduan itu dengan menjadikan diri sebagai anak yg sholeh/sholehah. dan percayalah andaikan almarhum/mah ayah/ibu di alam sana bisa menulis surat bagi kita, mereka pasti akan menulis surat kerinduan itu.

"Doakan mereka dengan cinta & ketulusan. dan mari kita jadikan diri kita insan yg sholeh & bertaqwa, maka kerinduan itu kelak akan berujung pada pertemuan indah saat bertemu di gerbang Ar-Royan, pintu gerbang Surga nya Allah SWT".

(Ditulis di atas kerete Banten Ekspress, sambil menunggu kberangkatan, dengan Nokia 9300).