Thursday, September 30, 2010

"Tentang Pemuda Desa Pemberani itu"

06.00. 27 Sept 2010.
Cerita Diatas Kereta Banten Exspress

"(Usianya baru 19 tahun, dia berani memutuskan menikah walau hanya mengenal calon istrinya melalui telpon dan hanya bertemu 1 (satu) kali sebelum memutuskan akan melamarnya. Dia seorang Satpam & calon istrinya bekerja sebagai penjaga toko)"


Kami berkenalan di atas gerbong kereta Banten Exspress, waktu aku dlm perjalanan pulang kerja. Sosok yg terlihat bersahaja, dengan perawakan yg sedang-sedang saja bahkan cenderung kurus (lebih kekar & ganteng dirikuh spertinya..he he narsis). Dia membawa sebuah kardus entah isinya apa (yg pasti bukan bom. he).
Namanya Eris, umurnya jalan 19 tahun, bekerja sebagai Satpam di sebuah perumahan di Jakarta. Asli dari desa Ciawi, Rangkasbitung.

Entah dari mana awalnya, ketika pembicaraan sampai pada tema yg sangat menarik perhatianku. Sehingga aku berkata dalam hati : "dia jauh lebih muda dariku, tp dia begitu berpikiran dewasa, dia mempermudah masalah & tdk memperumit masalah,"

Dia mengatakan, kalau dia lagi ijin pulang dulu ke Rangkasbitung, karena hari minggu besok mau melamar calon istrinya di Bandung, Jawabarat. Calon istrinya bekerja sebagai penjaga toko di Bandung, usianya saat ini 17 thn.

Ketika aku iseng bertanya : "Kok bisa dapet orang bandung, gimana ceritanya ?"... dari sinilah kisah menarik dari pembicaraan sekitar 1 jam an ini berawal..

Dia bercerita : Sekitar 1 (tahun lalu), dia diberitau seorang temannya kalau ada seorang wanita orang Bandung yg baik, kalau tertarik telpon sj sendiri.

Berbekal no. hp itulah dia memberanikan diri menelpon si wanita orang bandung itu, seseorang yg sbnarnya dia sendiri tdk tau seperti apa batang hidung nya. Ia berkenalan dan menceritakan siapa dirinya & darimana dia mendapat nomor hp itu kepada si perempuan.

Kisah cinta dihati perlahan mulai membahana dihati. Singkat cerita, 2 bulan kemudian dia nekad menanyakan (kalau istilah ABG jaman sekarang "NEMBAK". he he) apakah si wanita tersebut bersedia menjadi kekasih hatinya, ditambah dengan sebuah pernyataan serius "Kalau bersedia, sy serius untuk mengajak nikah".

Menurut ceritanya, baru 7 (tujuh) bulan setelah Nembak itulah dia akhirnya mendapat jawaban & kepastian kalau si wanita tersebut bersedia menerima dirinya untuk menjadi kekasih hati sekaligus pernyataan kalau si Wanita tersebut juga bersedia untuk serius menikah.

Aku hanya manggut-manggut sj mendengar cerita dia. Aku pun bertanya : "Sejak pertama kali nelpon sampai sampai dia menyatakan menerima, sudah berapa kali bertemu ?". Dia menjawab : "Belum pernah sekalipun, sy baru pertama kali bertemu dia 1 kali sekitar 2 minggu yg lalu ketika lebaran. Kebetulan bos sy ngajak ke Bandung jadi kebetulan sekalian ketemu dia di Bandung. Ketika pertama bertemu di Bandung itu sy juga nanya lagi ke dia apakah setelah bertemu langsung masih mau tetap serius atau cukup jadi teman sj. Alhamdulillahnya dia tetap mantap & sy juga mantap. Waktu pertama ketemu di Bandung dua minggu itulah kami merencanakan acara lamaran keluarga sy ke keluarga dia di Bandung".

"Hmmmmmm kok bisa ya ?... kok berani ya ?. kan dia masih muda ?.. kan dia hanya bekerja sbagai satpam ?. berapa sih gajinya sehingga berani mnikah sedemikian muda ?. Kutebak sekolah nya paling lulusan SMP or SMA, tp knapa dia bisa dewasa dan memiliki prinsip begitu ya ?." pertanyaan-pertanyaan itu yg berputar putar di dlm hatiku.

Walau tdk smuanya terjawab, tp beberapa pertanyaan terjawab melalui perbincangan kami selanjutnya.

Sy berani menikah muda karena :
1. Nenek sy kini sudah tua, saya sih ingin mumpung nenek masih ada dia bisa menyaksikan langsung sy menikah.
2. Kalau sudah menikah, setidaknya peghasilan/gaji sy setiap bulannya bisa terlihat hasilnya, ada yg bantu mengurus keuangan.

Hmmmm...menurutku sih alasan yg terlalu sederhana & menyederhanakan. Alasan-alasan ini mungkin tidak realistis bagi sebagian besar anak manusia. he he. Tp...ya sudahlah.

Perbincangan pun berakhir seiring berakhirnya perjalanan kereta di stasiun Rangkasbitung. Kami bersalaman, tdl lupa kusampaikan : "sy doakan semoga lamaran & pernikahannya nanti lancar ya. Sukses & selamat ya".

Dia pemberani, berpikiran dewasa, membuat masalah menjadi sederhan/menyederhanakan masalah. itu penilaian yg berputar-putar di dalam hatiku.

Sesampainya di rumah, setelah istirahat langsung kusampaikan cerita menarik ini ke istriku, sekedar berbagi hikmah & pelajaran hidup.

Ada banyak yang sudah berusia diatas 25 thn, berpenghasilan diatas 6 juta perbulan. Bertitel sarjana, dari keluarga berada..tp belum berhasil memecahkan peperangan batin terkait kesiapan menikah. Selain karena urusan belum adanya jodoh tentunya. Ternyata...dari seorang anak desa atau tepatnya anak kampung seperti seseorang yg kutemui di kereta ini, sisi & pelajaran dari sudut pandang paradigma berbeda ini kutemukan.

Keputusan dia menyegerakan menikah benar, bagi sebagian kita mungkin salah tp sebenarnya mungkin Benar. Seperti halnya pertimbangan sebagian kita untuk menunda menikah juga mungkin benar, tp.... mungkin juga salah. Wallahualam.

Diakhir kisah... aku rindu mamah di sumedang sana. Sosok yg sudah sepuh, tapi sungguh dia begitu berjasa & berharga bagi ku. Miss u mom, i hope god bless u.

(Ditulis diatas kereta banten ekspress, with nokia 9300).

No comments: