Tuesday, July 25, 2006

Inspirasi Dari Surat Cinta Kahlil Gibran Kepada May Zaidah..(teruntuk Akh Jundihasan)

Assalamualaikum..

Teruntuk : Akh Jundihasan Saudaraku..
Dimanapun engkau kini berada,

Apa kabarmu hari ini saudaraku ?, dunia senantiasa berputar seperti halnya roda pedati yang terus menggelinding, kadang diatas dan kadang dibawah. Seperti halnya jalan yang biasa kita lalui ketika kita melangkahkan kaki di pagi hari, kadang kita temui ada tanjakan, kadang ada turunan atau bahkan kita temui jalan yang mendatar. Sama seperti halnya keadaan dirimu saudaraku, pergiliran antara sehat dan sakit, senang dan sedih pasti terus saling berganti dalam setiap episode kehidupanmu, sama seperti halnya yang terjadi dalam rantai kehidupanku.

Sebenarnya aku ingin senantiasa berharap engkau selalu berada dalam keadaan sehat dan kesenangan, tapi kemudian setelah aku renungkan kembali, apakah ada yang salah ketika suatu saat Allah memberikan rasa sakit dan kesedihan kepada dirimu saudaraku ?. Yang aku yakini dan pahami, di dunia ini tidak ada yang sia-sia, selalu ada hikmah dan pelajaran penting dibalik semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita. Seperti halnya apa yang telah Allah wahyukan dalam Qur’an Surat Al-Imran ayat 191 :

“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, ‘Ya Tuhan kami, tiadakah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari api neraka.”

Dan kini sepertinya agak kurang bijak, jika aku hanya senantiasa berharap engkau selalu ada dalam keadaan sehat dan senang, padahal Tuhan yang menciptakan kita justru senantiasa mempergilirkan keduanya, dengan tujuan kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dibalik peristiwa-peristiwa tersebut. Kesimpulannya, aku tidak akan pernah mengharapkan ada duka dalam pelupuk matamu, tetapi apapun kini keadaanmu, aku akan senantiasa berharap engkau selalu ada dalam lindungan-Nya, dan engkau senantiasa diberikan kekuatan untuk bisa mengambil hikmah dari apapun keadaan dan peristiwa yang kini menimpamu.

Akh Jundihasan saudaraku,
Banyak yang ingin aku berikan kepadamu saudaraku, karena hakikat cinta yang aku ketahui adalah ketika seseorang bisa memberi, tetapi masalahnya sungguh aku tidak memiliki apapun yang bisa aku berikan kepadamu. Harta tiada apalagi ilmu yang barangkali bisa kubagi untukmu. Rasanya aku pernah dengan jujur berkata kepadamu, jika aku hanyalah seorang pengembara yang lemah dengan segala ketidakberdayaanku. Jadi, maafkan jika Aku hanya ingin berbagi cerita kepadamu tentang untaian hikmah yang senantiasa menjelang dalam setiap tarikan nafasku. Aku tidak terlalu berharap untaian hikmah itu akan bermanfaat untukmu, tapi setidak engkau tahu jika aku senantiasa ingin memberi untukmu, karena aku ingin mencintaimu dengan setulus hati, setulus cinta yang seharusnya menurut Sang Maha Kuasa. Cinta yang tak terkotori nafsu duniawi, cinta yang mendorong dua insan yang saling mencintai untuk senantiasa menjadi kekasih-Nya.
Saudaraku yang dicintai Allah..
Kemarin (Senin, 24 Juli 2005) sekitar jam10.00 aku berangkat dari kantorku menuju ke kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung, aku memang sudah membuat janji bertemu dengan Pak Sadikin (dia dari Bagian Keuangan) untuk mengambil surat kuasa dari dinas tersebut. Setelah itu aku meluncur ke tempat foto copy yang ada disekitar kampus UNILA, memang ada setumpuk berkas dan dokumen yang harus aku foto copy.

Setelah beres, tiba-tiba aku terpikir untuk mampir sebentar ke Toko Buku Gramedia. Entah kenapa akhir-akhir ini aku sepertinya mulai tertarik dengan dunia sastra, terutama aku ingin mulai lebih tahu tentang dunia puisi. Di Gramedia nanti aku ingin mencari buku kumpulan puisi yang salah satu pembuat puisinya adalah Ustd Rahmat Abdulah. Kalau tidak salah sih, judulnya “Sajadah Kata”. Aku menemukan judul buku ini setelah aku membaca buku “Episode Cinta Sang Murabi”, Kenangan Bersama KH. Rahmat Abdullah” karya Helvi Tiana Rosa, dkk.

Selanjutnya, aku langsung meluncur ke Gramedia dan bagian Sastra langsung menjadi target buruanku. Kususuri setiap buku yang ada di rak buku, tapi tidak juga kutemukan buku itu. Kemudian coba kulacak lewat komputer, ternyata memang tidak ditemukan buku yang berjudul “Sajadah Kata”. Ah…gagal deh.

Mataku kini mulai melirik ke buku-buku karya Kahlil Gibran yang memang cukup banyak dipajang, ada berbagai judul dan kemudian aku buka satu persatu. Bagus-bagus juga yah, tapi mana yang harus aku pilih ?..jadi bingung. Akhirnya mataku tertuju pada sebuah buku yang berjudul “GIBRAN…..LOVE LETTERS - SURAT-SURAT CINTA”. Buku ini berisikan surat surat cinta Kahlil Gibran kepada kekasih maya nya yaitu May Zaidah.

Setelah kubaca sekilas, tiba-tiba saja terbersit sebuah ide untuk membuat tulisan dengan gaya seperti halnya Kahlil Gibran yang membuat surat cinta kepada kekasih mayanya yaitu May Zaidah. Aku pun akhirnya membeli buku ini dengan dua buku lainnya yaitu Filosofi Cinta Kahlil Gibran dan Syahdunya Untaian Pujangga Hikmah.

Saudaraku, akh Jundihasan…
Ini aku kutipkan pengantar dari buku ini untukmu :

“Ikatan cinta yang menyatukan kedua penulis Lebanon yang tinggal di bagian dunia yang berbeda ini, jarang sekali ditemukan. Ada memang hubungan cinta yang dimulai dengan surat-menyurat dan kemudian berkembang menjadi hubungan normal. Lazimnya, orang menjalin hubungan yang terbatas pada surat menyurat setelah berkenalan dulu sebelumnya. Uniknya, Gibran dan May Zaidah saling mengenal hanya lewat surat-menyurat dan dari karya masing-masing. Mereka tidak pernah bertemu, kecuali dalam imajinasi dan mimpi mereka, melalui pengembaraan roh mereka dalam mencari realitas abadi dan saling mencari sebagai roh yang sama”.

Saudarku akh Jundihasan…
Andaikan engkau berada tidak terlalu jauh dari tempatku tinggal, aku berharap engkau bisa ikut membaca buku yang baru aku beli ini. Tapi karena engkau jauh nun di seberang lautan sana, aku hanya berharap jika ada waktu, engkau suatu saat bisa melihat atau bahkan membaca buku ini dimanapun engkau mendapatkannya. Bukan untuk meresapi makna di dalamnya, walau memang harus dengan jujur aku katakan isinya begitu sarat dengan makna dan nilai sastra yang tinggi, tapi untuk mendapat sebuah ide baru tentang gaya penulisan baru, untuk mencurahkan pikiran dan hikmah dari setiap langkah hidup kita. Siapa tahu suatu saat kita bisa membuat buku seperti ini, tapi dengan nuansa lebih religius dan islami.

Malam telah menarik kerudungnya diatas angkasa malam, dan aku tidak bisa melihat lagi apa yang ditulis oleh tanganku. Beribu salam dan ucapan selamat untukmu saudaraku, dan semoga Allah senantiasa melindungi dan menjagamu selalu.

Your Brother
Rafi Ramadhani Yusuf

n.b.

Bersama aliran darah yang mengalir bersama tarikan nafasku, bersama semilir angin di keheningan malam, aku berharap engkau sudri memberikan tausyahmu untuku dan hanya untukku, supaya aku semakin bisa berjalan dengan tegar dalam langkah pengembaraanku.

Sekali lagi, aku menunggu tausyah darimu dan hanya untukku saudaraku…akh Jundihasan

No comments: