Friday, June 01, 2007

"Tetes Air Mata Untuk Ibu Tercinta"

“Tetes Air Mata untuk Ibuku”

Waktu menunjukan jam 20.30, disaat acara kajian rutin pekanan baru saja dimulai, tiba-tiba suara SMS dari HP ku berbungi dengan nyaringnya, ternyata sms dari Bapak. “De..bapak baru saja pulang dari Dokter Andri, lambung mamah sakit lagi. Penyakit magh nya parah..kronis”.

“Ya Allah.......“ aku hanya mampu menyebut dan memanggil Sang Maha Perkasa, Sang Maha Kuasa dalam bisikan sanubariku. Konsentrasiku seakan terbang bersama angin. Mataku mulai berkaca-kaca, terbayang begitu dengan sosok ibuku, sebuah sosok yang tegar. Sebuah sosok yang menyandang status ibu, memang bukan manusia yang sempurna dan tanpa cela, tapi harus kuakui dengan setulus hati, aku bangga memiliki ibu seperti beliau. Dengan tanpa lelah mendidik dan membesarkan kami, ketiga anak laki-lakinya, sehingga kami semua bisa menyandang gelar sarjana.

Sosok ibuku dengan tubuh yang begitu ringkih menari-nari dengan senyum khas. Yah..sosok ringkih karena penyakit yang terus menggerogoti tubuhnya. Sekitar tahun 1998, dirahim ibuku terdapat Kista, yang pada akhirnya menyebabkan beliau harus merelakan rahimnya untuk dioperasi kemudian diangkat. Semenjak itu, tubuh ibuku menjadi semakin rentan dengan penyakit. Kepala ibu sering merasa sakit, bronkhitis, tulang-tulang yang terasa ngilu, napsu makan yang terus merosot drastis yang pada akhirnya menyebabkan penyakit magh ibu yang terus semakin parah.

Akhirnya aku memutuskan meminta ijin pada Ustadz untuk menelepon sebentar. Segera ku telephone ibuku. Ya Allah....suara itu begitu lirih, begitu lemah. Mataku semakin berkaca-kaca, tapi aku berusaha untuk tegar menghadapi kenyataan ini. Aku menanyakan kabar kesehatan ibu, dan aku memohon maaf pada ibu karena disaat seperti ini aku tidak bisa berbuat banyak, ingin saat ini aku berada disamping ibu, tapi ada lautan dan rentangan sang waktu yang memisahkan kami, aku kini ada di Bandar Lampung dan ibu ada di Sumedang.

Dengan suaraku yang mulai terbata-bata, dengan air mata seorang anak yang memaksa untuk keluar, aku memohon maaf : “Mamah...maafin dede yah, dede saat ini tidak bisa nemenin mamah. Dede saat ini hanya bisa mendoakan semoga mamah segera lekas sembuh”.

Dengan suara yang lemah, pelan dan lirih, ibuku menjawab : “Iya, tidak apa-apa de..doakan saja mamah ya, supaya cepat sembuh. Gimana Ikeu (istriku) sehat ?..sekarang sudah di Rangkasbitung ya ?..kapan perkiraan akan melahirkannya ?...”

Ya Rabb...disaat beliau sedang sakit, beliau masih sempat memikirkan keadaan istriku yang memang akan segera melahirkan cucunya.

Sebelum aku mengakhiri pembicaraan, aku meminta ijin untuk memberitahu kakaku yang masih ada di Australia. Tapi ibuku malah melarangku, katanya khawatir Aa (kakaku) akan terus memikirkan keadaan ibu.

Ya Rabb...Engkau maha penguasa, Engkau maha perkasa...
Hamba yang lemah ini memohon kepada-Mu, lindungilah Ibu hamba.
Karuniakanlah karunia dan cahaya-Mu kedalam dadanya.
Karuniakanlah cahaya kesabaran kepada ibuku disaat sedang merasa sakit.
Limpahkanlah kilau ketenangan dan kedamaian pada hati ibuku.

“Mamah...semoga lekas sembuh ya...”
Andaikan bisa memilih dan menggantikan, biarlah aku saja yang merasa sakit, bukan ibuku.
Aku mencintaimu ibu....senyum dan kebahagiaanmu adalah cahaya kebahagiaan terindah untukku.


Catatan : Mamah adalah panggilan kami untuk ibu ku...

No comments: