Friday, September 15, 2006

Teruntuk : My Bro..Akh Jundihasan


Mengapa Kita Harus Senantiasa Tersenyum
Assalamualaikum…...
Teruntuk saudaraku Akh Jundihasan yang dicintai Allah..


Apa Kabarmu brother ?....lama sekali rasanya kita tidak bersua dan berbagi mutiara hikmah. Sekitar jam 07.30 pagi tadi (beberapa menit yang lalu) saya sudah datang ke kantor tempat saya bekerja. Hidupin Komputer dan langsung membuka beberapa Web Blog, salah satunya blog punya antum. Saya baca posting terbaru antum “Sesuatu Yang Tidak Membunuhmu, Hanya Akan Membuatmu Semakin Kuat”. Begitu saya membacanya, rasanya : pikiran dan ruh saya langsung terbang keangkasa kehidupan saya yang sudah berlalu, mengaduk-aduk setiap episode dan setiap bagian dari ceritanya. Pengembaraan ruh itu akhirnya sampai dan berhenti pada detik dimana saat ini saya sedang bernafas.

Saudaraku, saya stuju sekali dengan ungkapan dan curahan hati antum. Kita memang pasti akan selalu menghadapai dan mengalami berbagai episode kehidupan. Jika didalamnya ada hal menyakitkan, itu sangatlah wajar, sepertihalnya jika hadir hal menyenangkan, itu juga hal biasa dalam kehidupan yang fana ini. Tidak ada yang perlu terlalu diistimewakan, juga tidak ada yang perlu terlalu didramatisir. Kita tidak perlu hiperaktif meloncat-loncat kegirangan ketika kita merasa senang, sepertihalnya tidak ada manfaatnya mengeluarkan air mata darah ketika kita terluka karena kesedihan dan himpitan beban kehidupan.

Hikmah” itu memang ujung dari semuanya. Ini sebuah hal yang pasti, bahkan saya lebih suka menyebutnya sebagai sebuah “Aksioma” atau sebuah kebenaran yang tidak perlu diperdebatkan lagi. Pemahaman akan adanya hikmah inilah, sesungguhnya yang membuat kita akan selalu bisa tersenyum menghadapai setiap episode yang terus bergilir, walau pada awalnya mungkin ada kesedihan dan derai air mata. Mari kita lihat Sabda Sang Pencipta “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.(Q.S. Ali Imran : 191)

My Bro…yang sholeh, sampai detik ini, dalam setiap perenungan saya, saya selalu merasa bahwa ujung dari setiap peristiwa adalah semata berisi Cinta dan Kasih sayang Tuhan kita akhi. Bahkan kini saya merasa jika Cinta & Rasa Sayang Allah pada saya jauh melebihi rasa Cinta dan Sayang diri saya pada diri sendiri. Saya rasa antum pun merasakan hal yang sama.

Akhi, setiap masalah pasti berujung penyelesaian dan kesenangan, seperti halnya ketika ada kesenangan kita juga harus bersiap tuk menghadapi masalah yang akan segera menjelang. Setelah malam, pasti akan berganti siang, demikian juga sebaliknya setelah Sang Surya membakar bumi, pasti giliran Sang Kegelapan yang menguasai dunia. Ada pergiliran kan ?…begitu juga dengan hidup kita. Ingatlah, ketika sebuah karet sudah teregang, disitulah saatnya karet itu akan terputus.

Setiap kita menghadapi masalah, ingatlah jika kita toh dulu pernah mengadapi sebuah masalah yang mungkin lebih berat dibandingkan masalah yang kini kita hadapi, tapi toh ujungnya selesai juga permasalahan tersebut. Benar apa kata Amru Kholid dalam buku “Sebening Mata Air”, Jika di dunia ini tidak ada kebahagiaan yang sempurna. Hanya di Surga lah adanya kebahagiaan yang sempurna itu.

My Bro..yang tampan karena hati antum yang tampan, saya setuju denga ungkapan antum : “Jika bukan karena keinginan kuat untuk menjadi lelaki yang bertanggungjawab, mungkin perjuangan ini telah berakhir sejak lama. Kalau bukan karena keyakinan yang kuat bahwa Sang Rasul mulia kini sedang menatap saya sambil tersenyum, mungkin sudah lama saya pergi dari sini”. Disini saya hanya ingin menambahkan satu kalimat lagi untuk antum, “Saya melakukan semua ini karena cita-cita tertinggi saya dalam kehidupan ini, yaitu…Saya ingin menjadi Kekasih-Nya..”

Jaga kesehatan antum Akhi. Selamat berjuang yah, hadapilah hidup ini dengan senyuman. Saya percaya antum adalah Jundi yang tegar, karena memang mau tidak mau kita harus menjadi manusia yang tegar. Apalagi kita adalah laki-laki, yang esok atau lusa akan menjadi pemimpin dari sebuah samudra maha luas yang bernama “keluarga”, dimana sebuah beban berat menggunung di pundak kita, yaitu menyelamatkan anak istri kita dari siksa api neraka. Padahal, kita sendiri belum tentu selamat dari panasnya jilatan api neraka jahanam itu.

My Bro…Allah memberi karunia dalam hidup saya, dengan bertemu sosok insan yang begitu tegar dalam mengarungi beban kehidupanya. Satu hal yang selalu saya ingat dari ucapannya, “Saya Ikhlas dengan apapun kehendak-Nya”.

IKHLAS….IKHLAS…IKHLAS…dan IKHLAS.

Wallahhualam...


With Love...
Al-Fakir Ilallah…..Your Bro Tea..Rafi..


Nb.

Lihatlah ilustrasi 2 kuda gagah diatas, saya harap kita bisa seperti itu. Gagah dan tegar dalam menghadapi pengembaraan hidup kita, dengan segala kemisteriannya.

2 comments:

jundihasan said...

InsyaAllah akh Rafi...
menjadi gagah
menjadi tangguh
untuk mengarungi hidup..
itu yang sangat ana inginkan
bersediakah kau membantuku..??

akhi..
koq belom sms juga?
ana mohon akhi...

jundihasan said...

ana siapkan tulisan khusus untuk antum
tapi nanti ya..
sabar...
skripsi ana belom beres :)
ana usahakan sekuat kemampuan ana.
ana gak ingin ketika antum sedang sendiri dan membutuhkan teman ana gak ada di sisi antum..

saling mendoakan ya akh..

oh ya akh..antum di IPB angkatan 34 ya? ana adek kelas antum lho..cuma beda fakultas!!