Sunday, June 25, 2006

Kenangan di Pantai "Mah Hitam"

Kenangan Di Pantai "Mah Hitam"

Hari ini, kembali bertambah lagi satu episode pengalaman dalam hidupku. Bukan hanya semata pengalaman, tapi sekaligus menyimpan sejuta makna, hikmah sekaligus kenangan. Hari ini aku bersama dua orang temanku (Akh Dodo & Akh Subian) mendampingi rihlah sekaligus daurah Remaja Masjid (Risma) Baituss Salam, Kecamatan Tanjung Seneng, bandar Lampung.
Tempatnya di "Pantai Mah Hitam", dengan perjalanan sekitar 1,5 jam dari Bandar Lampung. Jam 4 sore kami semua baru meninggalkan lokasi pantai. Setelah sholat ashar, kami langsung meluncur pulang ke Bandar Lampung. Aku dan Akh Dodo kemudian mampir dulu ke acara khitanan putranya Akh Andi di Tanjung Seneng, setelah itu langsung silaturahim ke rumahnya Akh Sobian. Akhirnya aku baru sampai di rumah sekitar jam 19.00. Cape, lemes, ngantuk, sakit kepala, dll, tapi sungguh aku sangat bahagia. Insya Allah tentang sejuta hikmah dan pengalaman yang ada akan aku ceritakan kemudian, soalnya dah ngantuk berat nih.
Ada yang kelewat nih, tadi sambil pulang aku beli dulu durian di sepanjang jalan sekitar pantai. harganya cukup murah (Rp 8.000,-/buah), durian jatuhan lagi (kata penjualnya sih..), yang jelas rasanya cukup manis. Aku beli 3 buah dan dimakan 0leh empat orang, kenyang juga.
Oh ia..., seperti biasa, aku membawa kamera digital. Foto diatas adalah sebagian dari kenangan yang terekam. Biasanya fose fotoku hampir sama, yaitu dalam posisi kedua tangan di dada, tapi sekarang aku di ajari akh Dodo fose yang baru, yaitu kedua tangan direntangkan, tapi bagus juga..he-he.
**********
Ngomong-ngomong, besok kan hari senin yah ?...aduh banyak sekali tugas pekerjaanku yang harus ku lakukan besok.
1. membuat kelengkapan administrasi untuk pembayaran hari selasa.
2. koordinasi dengan Panitia masalah teknis pembayaran hari selasa.
3. membuat notulensi hasil rapat hari jum'at kemarin. Soalnya rekamannya masih di MP3 Player dan belum sempet ku ketik, padahal rencananya sekalian hari selasa mau dibawa ke Polres. Hari Sabtu dan Minggu kemarin aku belum sempet ngerjainnya.
4. dan lain-lain..
Aduh, banyak bener nih. Andaikan ada yang bantuin...
Tapi aku harus menjalani semuanya dengan hati yang senang, tenang dan ikhlas. Karena Insya Allah pasti ada sejuta hikmah di balik semua beban tersebut, untuk kehidupanku. Amiin
Semoga rindu ini akan segera sampai pada muaranya...

Saturday, June 24, 2006

Awal dari Sebuah Perjalanan di Bumi Ruwa Jurai

Bulan Juni 2004 adalah awal kedatanganku ke Bumi Ruwa Jurai, Bumi Lampung. Tanpa terasa, kini sudah dua tahun aku berada di tempat ini. Entah sampai kapan aku berada disini. "Sampai bulan September kali yah ?". Wallahu Alam. Tugas ku hanya menjalani semuanya, mencoba melakukan yang terbaik, berusaha memberikan sumbangsih pada pekerjaan ini, pada perusahaan ini.
Banyak nikmat yang begitu bermakna aku temukan disini. Ilmu, pengalaman, saudara. Selama dua tahun ini aku rasanya sudah berkeliling sampai ke pelosok-pelosok mulai dari Kabupaten Way Kanan, Tulang Bawang, Lampung Tengah dan Lampung Timur.


Cita-citaku sebenarnya tidak sesempit pandangan mata, melakukan semuanya semata hanya untuk sesuap nasi. Aku sebenarnya ingin diriku bisa bermanfaat untuk umat, negara, agama, dakwah. Begitu klise kedengarannya, tapi itulah adanya sebuah gelora dalam relung hatiku. Aku ingin membantu orang-orang yang lemah yang kesulitan. Aku memang belum bisa melakukan apapun untuk cita-citaku itu, semoga Allah senantiasa membimbing langkah dan perjalananku,

Aku memang bukan siapa-siapa disini, aku hanya seorang bawahan, keroco, ilmu ku pun hanya sedikit, tapi sekali lagi semoga cita cita dan keinginanku bisa tercapai. Hidup bermanfaat bagi uamat, agama, negara, dakwah. Semoga pekerjaan yang kini aku jalani, esok atau lusa akan bermanfaat bagi cita-citaku ini. Entahlah sampai kapan aku masih tetap berada disini, itu bukan urusanku, biarlah Allah yang mengaturnya.

**************
Keterangan Foto :
Ini adalah foto ketika pertama kali aku datang di Bandar Lampung. Masih agak kurus..he-he. Ini berada di bawah pohon beringin tempat nongkrong dan bersantai di depan Mess (rumah mas Aji) sekaligus sekretariat tim yang lama (di Puri Way Halim Permai). Yang aku ingat, setelah di foto, aku langsung menuju ke Kabupaten Way Kanan, tepatnya ke desa Sri Mulyo Kecamatan Negara Batin. Waktu itu memang kegiatannya baru pengukuran dan inventarisasi. Waktu itu aku berdua dengan kang Amar, cuman dia tugasnya di Lampung Timur.
Dari sebelah kiri : Bang Jul, Andi, Bang Juki, Mas Topik, Babeh Hani (ini atasanku), dirikuh, Kang Oleh.

Friday, June 23, 2006

Episode Kehidupanku Yang Terus Berjalan

Setelah tertunda beberapa kali dan setelah melalui serangkaian negoisasi dengan pihak PEMDA, Alhamdulillah hari jum’at tadi dapat dilaksanakan pertemuan di Aula PEMDA. Terpaksa deh aku harus begadang menyiapkan semua dokumen, data-data, dokumentasi kondisi lapangan dan berkas-berkas administrasi lainnya. Eh sebenarnya enggak terpaksa juga ding..emang udah jadi tugasku, he-he. Aku sendiri akhirnya baru bisa tidur sekitar jam 02.00, padahal jam 07.00 aku harus sudah berangkat. Tapi gak apa-apa juga sih, namanya juga perjuangan, pasti ada hikmah dari semua rasa lelah yang aku rasakan.

Kenyataannya baru sekitar jam 07.30 aku baru bisa berangkat. Aku dan kang toni di kijang biru sedangkan 3 temanku yang lain di inova, sedangkan dua orang atasanku mereka berangkat sendiri. Mudah-mudahan saja gak terlambat lagi, tapi gak apa-apa sih, emang biasanya setiap ada acara rapat di PEMDA, kita mah pasti terlambat, he-he.

Alhamdulillah, hasil pertemuannya sangat mengembirakan. Ada solusi dari permasalahan yang dihadapi. Salut deh buat Pak Wabup, beliau berani dan tegas dalam mengambil keputusan. Demikian juga dengan salah satu Ketua Komisi DPRD yang hadir, tegas, tenang, bicaranya berbobot dan tau solusi apa yang harus diambil.

Ngomong-ngomong, waktu pertemuan tadi kembali menjadi ajang penyampaian kritik, unek-unek, kekesalan dan kekecewaan para peserta rapat pada perusahaan tempatku bekerja. Aku sendiri jadi risih mendengarnya, tapi gak apa-apa juga sih, emang kenyataannya masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Insya Allah dengan masukan dan kritikan-kritikan itu bisa menjadi cambuk bagi kami semua untuk lebih meningkatkan kinerja. Hal yang terpenting adalah semoga kehadiranku di tim ini bisa memberikan sumbangsih yang berarti, bukan sebaliknya kehadiranku malah menjadi beban. “Bimbinglah hamba Ya Rabb”.

Jam 18.15, kami baru sampai di Bandar Lampung kembali, di kantor tempatku bekerja. Uh…lelah sekali rasanya, ngantuk, lemes, sakit kepala. Dengan energi yang masih tersisa aku dan kang toni menurunkan laptop, printer, handycam, trypord, kamera digital, setumpuk map yang berisi dokumen-dokumen dari dalam mobil. Setelah menyimpan semua peralatan di tempatnya, aku pun segera mengambil air wudhu, sholat magrib. Aku rindu ingin kembali bersujud, mengadu, menengadahkan tangan pada Sang Kekasih…Sang Maha Kuasa.

Setelah berdiskusi sebentar dengan kedua atasanku mengenai tindak lanjut pertemuan tadi serta surat-surat dan dokumen yang harus di buat, aku akhirnya mengambil anduk dan saat nya untuk mandi setelah sebelumnya merebus air panas dulu. Mandi air hangat ah, mudah-mudahan bisa sedikit mengurangi rasa lelah dan sakit kepalaku.

Setelah shalat isya, aku duduk bersimpuh di atas hamparan sajadah. Mencoba merenungi lembaran-lembaran episode kehidupanku. Mataku terpejam, disaat pikiranku melayang menembus ruang dan waktu, melampui dimensi dan ruang kehidupanku. Kutundukkan kepalaku. Kurasakan kedua mataku yang terpejam mulai hangat dengan sebuah air suci., yang berhulu dari mata air nurani di lubuk hatiku yang paling dalam.

Ya Rabb..hamba mohon petunjuk dan bimbingan-Mu
Hamba mohon ampun atas segala dosa dan maksiyat
Ya Rabb..hamba mohon belas kasihan-Mu
Jangan Engkau biarkan hamba seorang diri
Jadikan hamba insan yang pandai bersyukur atas segala nikmat-Mu
Berilah hamba kesabaran menghadapi semua ujian dalam kehidupanku
Engkau Maha tahu apa yang terbaik bagi kehidupanku
Hamba berserah diri pada-Mu
Pada apapun takdir yang telah Engkau gariskan.

Aku teringat kembali dengan sebuah kalimat bijak yang kubaca di salah satu Blog, sangat indah dan begitu merasuk dalam hati sanubariku, :

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia..
Allah SWT tahu betapa keras engkau sudah berusaha.

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih...
Allah SWT sudah menghitung air matamu.

Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja...
Allah SWT sedang menunggu bersama denganmu.

Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu seakan tidak perduli...
Allah SWT selalu berada disampingmu.

Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi...
Allah SWT sudah punya jawabannya.
********************
Aku hanya ingin terus berjalan, hidup, berusaha, berjuang.......

Tuesday, June 20, 2006

Sejuta Hikmah dari Sebuah Blog

Sekitar jam 20.00 tadi aku membuka blog ku di kantor, memang selama ini aku lebih sering buka internet di kantor pake telkomnet instan. Di daftar komentar ada yang berkunjung namanya “fathy” lalu ku kunjungi balik blog nya.

Subhanallah, blog nya bagus, terutama ketika melihat-lihat isi blog nya, nuansa mahasiswanya masih sangat kental, pergolakan batin seorang mahasiswa tingkat akhir (dulu aku juga pernah mengalaminya). Ada juga foto mahasiswa UI Ikhwan dan Akhwat yang lagi demo, sungguh aku rindu masa-masa perjuangan seperti itu.

Mba Fathy juga menulis tentang seperti apa kehidupan Fasca Kampus, tulisannya lebih banyak bercerita tentang pergolakan batin, pertanyaan, kekhawatiran, ketakutan sekaligus ada harapan dan cita-cita besar (sama..aku juga dulu pernah mengalami hal ini). Sebenarnya aku ingin memberi komentar tentang seperti apa sih kehidupan paska kampus itu, minimal dalam persepsi, pandangan, pendapat dan pengalamanku. Sayangnya aku dah ngantuk berat nih, lelah rasanya. Jadi Insya Allah esok atau lusa aku ingin bercerita tentang bagaimana paska kampus, khususnya buat Mba Fathy yang mudah-mudahan segera di wisuda (semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran). Aku sendiri sebenarnya ingin coba mengenang kembali masa kuliah dulu, menjelang wisuda, sampai saat kehidupanku kini.

Satu lagi, ada namanya adik Hani (alamat blog nya www.hani-smile.blogdrive.com). Dia sepertinya baru kelas 3 SMU, tapi bila kubaca tulisan-tulisanya, cita-cita nya, perjuangan dakwahnya, sungguh aku iri dan malu pada adik Hanny, begitu dewasa dan bersemangat. Bila aku ingat-ingat masa lalu ku, pada saat seusia dia, aku masih belum tahu banyak tentang agama ini. Semoga Adik Hanny bisa terus istiqomah pada jalan dakwah yang telah dipilihnya serta mendapat lindungan dan karunia dari Sang Maha Kuasa. Doa tulus dari saudaramu..kakakmu nun jauh disini, di bumi Bandar Lampung.

Ada banyak hikmah yang aku peroleh setelah aku memiliki blog ini. Terimakasih Ya Rabb, Engkau berikan hamba kesempatan melihat sosok-sosok orang-orang yang sholeh & sholehah.

Episode Kehidupanku Hari Ini

Hari ini tugasku adalah ketemu dengan lurah Rantau Jaya Udik, ngasih surat ke petugas BPN dan menghadap ke Kabag Tapem. “Mudah-mudahan saja perjalananku hari ini lancar”, begitu gumamku dalam hati.

Jam 10.00 aku sudah berangkat ke Sukadana, kembali giliran si Kijang Biru yang bertugas membawaku kesana dan Bang Armin yang bertugas memegang kendali. Seperti biasanya kemanapun aku pergi selalu membawa buku walaupun sering kali gak kebaca..he-he. Kali ini buku yang kubawa adalah “Dengan Hati Menuju Tempat Tertinggi” karangan Gede Prama, serta buku “Bila Hati Rindu Menikah” karangan Mas Udik Abdullah...he-he.

Pas di lampu merah tidak lupa aku beli koran Radar Lampung, ingin tahu perkembangan Gempa di Bandar Lampung. Dari informasi yang kubaca, pusat gempa kini sudah ditemukan, yaitu di Gunung Betung Bandar Lampung.

Si Kijang Biru terus melaju dengan kencang, kali ini ku hidupkan Berita di Radio Elshinta, kemudian baru giliran Album Kompilasi Brother dan tidak lama kemudian, biasa…..Zzzzzzzzzzzzz, aku pun terbang ke alam mimpi. He-he.

Alhamdulillah, perjalanan hari ini lancar dan sukses sesuai dengan apa yang direncanakan dan ditargetkan. Urusan di Desa Rantau Jaya udik dah kelar, begitu juga setelah aku menghadap ke Kabag Tata Pemerintahan, Insya Allah hari minggu ini jadi rapat. Semoga semuanya berjalan lancar. Amiin.

Mudah-mudahan pulangnya tidak terlalu sore, jadi aku bisa sempet latihan dulu. Badan ini rasanya gak enak gitu lho..kalau gak dibawa olah raga. Alhamdulillah, sekitar jam 16.30 aku dah nyampei kembali di Bandar Lampung.

Hari ini sudah aku jalani dan Allah sudah memberi kemudahan, banyak hikmah dan pelajaran yang aku dapatkan, yang sudah pasti sangat bermanfaat bagi kehidupanku.

Besok, Insya Allah tugasku ke Braja Asri, semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran….”Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, mudahkan untukku urusanku dan lepaskanlah kekeliruan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku”. Memang aku hanya bisa memohon bimbingan pada Sang Kuasa, karena dengan jujur aku akui, aku hanyalah insan yang lemah dan bodoh.

Oh ia….di sepanjang perjalanku tadi, kembali asa itu kembali mengaduk-aduk relung jiwaku. Aku tidak kuasa, dan kembali aku hanya bisa menarik nafas dengan berat, lalu berserah diri pada-Nya. Tapi satu yang pasti, semoga bintang indah di langit itu terus bersinar, tersenyum, bahagia dan tidak sedetikpun tertutup sang awan hitam. Biarlah aku yang tertutup kuasa sang awan hitam bukan kerlip indah sang bintang di ujung langit.

Sunday, June 18, 2006

Oii..Pengumuman...Kang Amar Menikah


Menikah :

Amarullah (Amar) dengan Octaviana Rexina (Vina)

Satu lagi teman kerjaku (Kang Amar) mengakhiri masa lajang nya,
Selamat yah, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah.
Doain dirikuh segera menyusul yah....He - he..
Keterangan Foto
Ini dalam formasi lengkap, tim sepak bola
Berdiri mulai dari sebelah Kanan :
Pak Basori, Pak Tarmuji, Mba Tuti, Intan, Teh Elis,
Mba Ita, Vina, Amar, SoeHeri, Kang Toni, Guntur, Mas Aji Wibowo (Korlap Lampung).
Berjongkok mulai dari sebelah kanan :
Sim Kuring alias Dirikuh, Hendri, Kang Oleh

Saturday, June 17, 2006

dan Allah Pun Cemburu

Dikisahkan, betapa Nabi Ibrahim sangat mencintai putra semata wayang nya, Ismail. Rasa cinta yang sebenarnya teramat wajar, karena beliau juga manusia biasa, sama seperti kita. Apalagi setelah sekian lama, beliau mendambakan lahirnya seorang anak yang akan jadi penerus dakwahnya. Tanpa disadarinya, bersama dengan rasa cinta pada Ismail yang semakin membara, ada yang sangat Cemburu, Dia adalah Sang Khaliq, Allah SWT.

Nabi Ibrahim pun diuji Allah dengan sebuah perintah untuk menyembelih putra yang sangat di cintainya (Ismail). Nabi Ibrahim pun akhirnya menyadari jika Cinta kepada Allah haruslah melebihi segalanya. Nabi Ibrahim pun demi untuk membuktikan cintanya pada Allah SWT, akhirnya bersedia menyembelih Ismail. Akhirnya, ketika Ibrahim sudah mengembalikan cintanya hanya kepada Allah, justru Karunia sangat besar yang diterimanya. Bukan Ismail yang disembelih, tapi hanya seekor domba. Ismail pun akhirnya tumbuh menjadi manusia yang sholeh, menjadi nabi dan rosul, yang akhirnya melahirkan keturunan seperti Rasulullah Muhammad saw.

Aku memang bukan apa-apa dibandingkan kisah manusia suci Ibrahim dan Ismail, tapi aku yakin, Allah akan tetap merasa cemburu kepada insan yang lebih mencintai makhluk daripada Allah SWT, lebih bersandar dan menggantungkan diri pada sesama manusia dibanding kepada Sang Maha Pencipta. Hal ini yang coba ingin ku ungkap dalam penggalam hidupku ini.

Ini hanya sebuah kisah yang kutulis sekitar 5 bulan yang lalu, dan Alhamdulillah file nya ketemu lagi. Ini memang hanya sepenggal episode dari sekian banyak episode kehidupanku. Kutulis di Blog ini, tentu bukan karena aku ingin dikasihani ataupun ditangisi. Semuanya semata karena aku ingin dengan mudah untuk berkaca pada sang diri, belajar untuk menjadi dewasa, belajar untuk berprasangka baik pada apapun keputusan-Nya, dan tentu saja dalam mencari sebuah makna mengapa Allah harus merasa cemburu akan kelalaianku.

Di dalam Masa lalu, sebenarnya terkandung sejuta pelajaran sangat berharga yang akan sangat berguna bagi kehidupanku di masa yang akan datang. Waktu tidak mungkin berputar lagi ke belakang, padahal hidupku akan terus berputar ke depan. Semoga tulisan ini akan semakin memudahkanku untuk mengambil mutiara pelajaran berharga itu dan andaikan penggalan kisah ini memberi ilham dan inspirasi bagi siapapun yang kebetulan membaca tulisanku ini, hanya satu harapanku “semoga bermanfaat”. Wallahu Alam.

@@@@@@@@@*********@@@@@@@@

Tadi pagi..aku menelepon seseorang yang dulu pernah menjadi teman dalam suka dan duka. Dia kakak satu tingkat ketika aku kuliah. Kami juga satu tim yang solid di medan dakwah..dimana ada dia..pasti ada aku. Kadang ada juga yang menyebutkan kami ini selebriti. He-he. Tapi jangan salah sangka dulu, dia seorang Ikhwan /laki-laki tentunya, sebut saja namanya “HANIF”. Dia juga adalah tempatku mengadu, CURHAT, mengkonsultasikan permasalahan yang aku hadapi. Rasa-rasanya semua rahasia hidupku sudah aku ceritakan kepadanya. Entah mengapa aku begitu mempercayainya, padahal aku sebenarnya tipe orang yang tertutup dan tidak mudah mempercayai orang lain.

Satu hal lagi, kami adalah teman untuk saling berbagi dan saling meminjamkan uang. Kalau aku lagi gak punya uang sama sekali untuk makan dan keperluan lainnya, aku pasti mengadu padanya, begitu juga sebaliknya, tetapi seringnya aku sih yang paling sering minjam duit. He-he.

Jujur..aku sangat membanggakan dia. Bersahaja, lembut, tenang, sederhana, jadi ingat sama iklan roko, Cool, Calm, Confident. Tapi yang paling mengesankan sebenarnya adalah karena dia selalu bersedia untuk mendengarkan dengan sabar, memberikan penjelasan dan pandangan dengan dewasa, tanpa menyalahkan apalagi menghakimi.

Dia seperti kakak bagiku, bahkan mungkin lebih dari kakak kandungku sendiri (emang dia lagi ada di negeri Australia sono, jauh) He-he. Aneh memang, tapi itulah realitanya. Fase kehidupan memang terus berjalan, akhirnya Allah mempertemukan dia dengan seorang akhwat/wanita yang sholeh. Merekapun akhirnya menikah. SELAMAT SAUDARAKU, aku turut berbahagia, semoga rumah tangga kalian menjadi SAKINAH, MAWADAH, WA RAHMAH.

Jujur, aku merasa sangat bahagia dengan pernikahannya, tapi di sisi lain tanpa bisa aku pungkiri, sebenarnya aku merasa sangat kehilangan dia, orang yang begitu berharga bagiku. Karena aku menyadari, kini ada yang lebih berhak dengan waktu dan curahan pikiran nya. Tapi sudahlah, toh memang begini yang namanya hidup.

Allah memang punya skenario yang unik, kami pun akhirnya dipisahkan lebih jauh lagi, kali ini karena urusan pekerjaan. Ada rentang jarak tempat tinggal yang sangat jauh diantara kami, aku di Propinsi lampung dan dia di Propinsi ………... Aku sebenarnya ingin tinggal tidak terlalu jauh dengan dia, biar kami bisa lebih mudah untuk saling mengingatkan, apalagi kami pernah satu group liqo. Tapi sudahlah, semoga kami bisa tetap istiqomah walaupun kami tidak lagi lagi bisa saling memberi tausyah secara langsung.

Komunikasi diantara kami pun akhirnya mulai berkurang, karena memang rutinitas dan beban pekerjaan yang cukup berat dan menyita waktu, tenaga dan pikiran.

Tapi namanya juga hidup, akhirnya aku kembali mendapatkan sebuah permasalahan yang sangat berat, sangat menyita pikiran dan konsentrasiku.

“Ah, lebih baik aku CURHAT ke dia saja” itu yang terlintas dalam pikiranku. Akupun akhirnya menelepon dia, tujuannya untuk mengkonsultasikan permasalahan yang begitu mebebani jiwa ini. Dengan satu harapan dia bersedia mendengarkan kemudian memberikan nasihat yang mendamaikan hati, seperti dulu sebelum dia menikah dan sebelum jarak tempat tinggal memisahkan kami.

Tapi.., mengapa kok semuanya tidak seperti yang aku harapan. Aku merasakan suaranya tidak lagi seramah dulu, perkataannya ang tidak lagi sebermakna dulu, dia seperti tidak terlalu merespon akan perkataan yang aku sampaikan. Sehingga rasanya aku seperti berbicara bukan dengan seseorang yang pernah aku anggap sebagai kakak kandungku sendiri. Akhirnya akupun tidak kuasa untuk mengemukakan semua permasalahan yang ingin aku sampaikan. Akupun mengakhiri pembicaraan tanpa sempat mengemukakan permasalahanku.

Aku terdiam, ”Ya Rabb, mengapa orang yang dulu pernah aku banggakan, sebagai orang yang dulu aku anggap sebagai saudara, kakak, kini seakan telah berubah ?. Seakan kini ada rentang jarak diantara kami. Padahal aku masih sangat membutuhkan masukan, dan nasihat-nasihatnya. Ah, mengapa bisa terjadi seperti ini ?”.

Aku hanya bisa termenung, menarik nafas panjang. Perlahan tapi pasti, ada sebuah pertanyaan yang kemudian menggelitik hatiku, “Apakah memang tanpa aku sadari, selama ini aku telah menggantungkan diri, bersandar kepada dia ?, yang pada akhirnya tanpa aku sadari sebegitu ketergantungannya diriku pada sosok dia ?, Astaghfirullahal adzim”.

Aku menarik nafas, perlahan, kupejamkan mataku, kudengarkan bisikan sebuah suara nurani dalam hatiku. Perlahan tapi pasri aku terus berusaha untuk bisa menggali HIKMAH dari semua peristiwa yang baru saja terjadi.

“Ini barangkali hal yang coba harus aku tanamkan dalam jiwa ini. Pasti ada hikmah dibalik semua ini. Hikmah besar dari Allah SWT yang tentu untuk kebaikan diriku sendiri”, begitu gumamku dalam hati.

Satu hal yang pasti, aku percaya Insya Allah sampai detik ini dia masih tetap orang yang baik, sholeh, hanif seperti dulu. Dia masih saudaraku yang baik, mungkin permasalahannya bukan dari dia, tapi justru dari diriku sendiri. Bisa jadi karena penurunan ruhani dan beban permasalahan dalam diriku lah yang kemudian membuat aku merasa dia seperti menjauhiku.

Hikmah yang barangkali ingin Allah ajarkan pada diri ini adalah :
1. Supaya aku tidak lagi terbiasa menggantungkan diri pada orang lain dan aku hanya boleh bersandar dan menggantungkan diri hanya kepada ALLAH SWT semata.
2. Supaya aku bisa lebih dewasa, mandiri, berani menentukan dan mengambil sikap, tegas, tidak plin-plan, mantap dan berani dalam bertindak dan mengambil keputusan. Karena semua itulah hal yang paling dibutuhkan dalam mengarungi hidup ini.
3. Allah sesungguhnya merasa CEMBURU jika seorang insan lebih mencintai an menggantungkan diri pada sesama makhluk dan bukan kepada-Nya.

Iya, Insya Allah aku akan berusaha untuk menarik hikmah dari semua ini. AKU HARUS MEMPERBAIKI KUALITAS IBADAHKU, karena semua kegelisahan bersumber dari diriku sendiri. Sehingga ketika kualitas ibadah sudah semakin baik, maka diri akan semakin dekat dengan-Nya yang pada akhirnya kepasrahan atas takdir Sang Maha Kuasa akan tertanam dalam Jiwa. Kedamaian, ketenangan pada akhirnya tentu akan bersemayam dalam jiwa ini.

Semuanya memang harus berawal dari TEKAD KUAT dalam diri ini, untuk MEMPERBAIKI KUALITAS IBADAH dan KEDEKATAN pada-NYA. Jika ini belum berhasil dilakukan, percuma saja kita berkonsultasi pada orang lain se sholeh apapun dia, karena yang akan memutuskan tetap lah diriku sendiri. Jika yang dominan adalah EMOSI dan NAFSU, pasti semua pendapat orang lain itu tidak akan bermakna apapun.

Ya Rabb, bimbinglah hambamu ini. Tunjukilah hamba untuk tetap berada dalam jalan Mu yang lurus. Aku berjanji pada-Mu, mulai saat ini aku hanya akan bersandar dan bergantung pada-Mu, bukan pada makhluk-Mu.

Friday, June 16, 2006

Gempa Bumi di Bandar Lampung

Beberapa hari terakhir ini, di Bandar Lampung sering terjadi gempa bumi. Memang getarannya tidak begitu besar, tetapi karena demikian seringnya gempa-gempa itu terjadi menyebabkan masyarakat mulai panik. Ada tiga kecamatan yang kerap merasakan gempa ini, yaitu Kecamatan Kemiling, Tanjung Karanag Barat dan Kedaton. Aku sendiri tinggal di sekitar Kecamatan Kedaton dan kantor tempatku bekerja juga merasakan getaran-getaran gempa ini.

Tadi siang sekitar jam 14.00 kebetulan aku dan seorang teman sedang berada di Mall Alfa (lokasinya di pusat kota Bandar Lampung). Waktu itu aku sedang makan di rumah makan yang berada di lantai tiga. Ketika aku sedang asik makan, tiba-tiba saja orang-orang pada teriak “ada gempa..ada gempa”. Oraang-orang pun pada berlarian menuju ke lantai dasar. Untungnya gempa tidak berlangsung lama, sehingga akhirnya mereka kembali lagi ke posisi semula. Tapi aneh nya kok aku rasanya tiak merasakan kalau waktu itu ada gempa yah ?. he-he…

Kalau aku baca di koran Radar Lampung, sebagian masyarakat di Kecamatan Kemiling kini sudah banyak yang tidak berani nginap di dalam rumah, mereka banyak yang menginap di dalam tenda yang di pasang di depan rumah atau tidur di dalam mobil.

Aku juga mendengar kabar, jika di salah satu kompleks perumahan yang ada di Kecamatan Kemiling tiba-tiba saja keluar mata air panas. Wallahu alam apa yang terjadi.

Bandar Lampung sebenarnya termasuk daerah rawan gempa, karena memang letaknya berada di pinggir pantai serta tidak terlalu jauh dari Gunung Krakatau yang saat ini memang sedang menjadi pusat perhatian karena menunjukan tanda-tanda akan meletus kembali, persis seperti Gunung Merapi.

Apapun yang terjadi, semuanya Allah yang menentukan. Sebagai manusia, tentu kita hanya bisa berusaha memprediksikan untuk menghindari ketika gempa itu terjadi, tapi semuanya tetap berada di bawah kekuasaan Allah SWT. Jika memang Allah menghendaki gempa ini terjadi di Bandar Lampung yang kini menjadi tempat aku hidup dan tinggal mengais rejeki, tentu tidak akan ada siapapun yang bisa berlari darinya.

Kematian adalah sebuah kepastian. Hanya satu permohonanku pada Sang Kekasih, bagaimanapun caranya, dimanapun tempatnya, kapanpun terjadinya semoga hal itu terjadi ketika aku menjadi insan yang taqwa, istiqomah di jalan-Nya dan bisa mengakhiri hidup ini dalam keadaan khusnul khatimah. Hidup Mulia atau Mati Syahid.

Siapapun adanya yang membaca tulisan ini, saya yakin tidak ada yang menghendaki kalau Gempa Dahsyat di Jogjakarta akan terjadi pula di Bandar Lampung ini. So….atas nama pribadi dan atas nama saudara-saudara seiman dan seislam di Bandar Lampung, saya mengharapkan doa dari saudara-saudaraku semua di situs My Quran ini, karena antum semua adalah orang-orang yang sholeh yang insya Allah doanya akan di dengar oleh Allah SWT, “Semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan-Nya bagi kami semua yang kini berada di Bandar Lampung”. Amiin

Semuanya Tidak Ada Yang Sia-Sia

"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka". (Q.S. Ali Imran : 191)

“Tidak ada yang sia-sia”. Ungkapan sangat indah ini terus dan terus menggelitik jiwa ini. Ungkapan ini memang sangat relevan dengan makna “pasti ada hikmah dibalik semua peristiwa”.

Disini dan saat ini aku hanya ingin mencoba bernostalgia, menengok kembali kebelakang, pada rangkaian kehidupan yang pernah ku lalui dan ku jalani di masa lalu, tentang betapa memang selalu ada makna, tidak ada yang sia-sia dari setiap rangkaian hidup yang ku lalui. Memang ada duka, kesedihan, rintihan, beban menghimpit dada juga ada senyuman, kebahagiaan dan harapan, tapi semuanya entah kenapa selalu berujung pada akhir yang sama “semua yang pernah kulalui ternyata kini sangat bermanfaat untuk kehidupanku. Untuk dulu aku begini dan tidak begitu”.

Tulisan ini sengaja kubuat, semata hanya sebagai ungkapan syukur pada Sang Maha Kuasa, Sang Sutradara Kehidupan, Sang Maha Perkasa yang membuat semua skenario hidupku, dari masa lalu, masa kini bahkan sampai masa yang akan datang, masa depanku.

Karakter dasarku sebenarnya adalah pendiam, jarang ngobrol dan barangkali kurang komunikatif terutama dengan makhluk yang bernama wanita. Jika bukan mereka yang inisiatif ngajak ngobrol, aku pasti diem seribu bahasan. Tapi ada satu hal yang kadang aku sendiri gak pernah mengerti, jika di acara resmi semisal Forum diskusi atau rapat aku justru sangat aktif berbicara, vokal. Hal ini barangkali yang menyebabkan ketika di SMA dulu aku sering diminta bantuan oleh guru untuk berbicara didepan kelas, menjelaskan kepada teman-teman sekelas tentang materi pelajaran sekolah, terutama tentang pelajaran pavoritku yaitu Biologi dan Kimia. Memang untuk dua pelajaran ini nilainya gak jauh dari 9 atau 10 (he-he..narsis yah). itu barangkali yang menyebabkan waktu SMA dulu aku pernah menjadi salah satu peserta dari 3 peserta yang mewakili SMA ku di Lomba Cerdas Cermat se-Jawa Barat yang diselenggarakan TVRI Stasiun Bandung.

Singkat cerita, waktu kuliah dulu aku pernah menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Asal Sumedang, waktu itu dengan bantuan dosen-dosen yang berasal dari Sumedang aku dan temen-temen lainnya mengajukan profosal tentang konsep “Program Emut Ka Lembur” yang intinya tentang Program Litbang Agribisnis di Kabupaten Sumedang. Aku yang kebagian tugas mewakili temen-temen untuk presentasi di Pemda Kabupaten Sumedang. Aku juga kaget yang hadir ada Ketua BAPPEDA, kepala-kepala dinas bahkan Bupatinya sendiri hadir dalam pertemuan itu. Entah kenapa aku nyaman-nyaman aja ngejelasin konsep yang sudah kutuangkan di plastik transparansi menggunapan proyektor.

Singkat cerita lagi, ketika menjelang Pemilu tahun 2004, di Kecamatan tempatku tinggal (di Bogor), aku ditugaskan menjadi ketua departemen pemberdayaan DPRa, selanjutnya ketua tim desa dan berikutnya berubah menjadi ketua tim direck selling. Pada saat inilah dengan tidak mengenal waktu, aku dengan semangatnya menjalin komunikasi dengan warga masyarakat desa, aparat desa, kepala desa, para tokoh masyarakat, tokoh agama/ ulama, ibu-ibu majlis taklim, pemuda bahkan anak-anak kecil.

Aku tidak pernah berfikir apapun waktu itu, yang terpenting menjalankan amanahku dengan sebaik-baiknya, tidak perduli aku harus menjadi yang paling cape, pontang panting kesana kemari, turun naik angkot, berjalan kaki menyusuri perkampungan, berjalan di bawah terik matahari, dibawah guyuran air hujan, mengetuk satu pintu ke pintu lainnya. Padahal bayangkan waktu itu kantong ku alias keuanganku sangat terbatas, bahkan sering pinjam sana sini hanya untuk memenuhi ongkos dan mempertahankan kehidupanku alias supaya aku tetap bisa makan.

Sedih dan merasa menderitakah aku waktu itu ?..tentu pasti ada karena aku hanyalah manusia biasa, tapi alhamdulilahnya semua itu tidak membuatku larut bahkan semuanya berubah menjadi sebuah semangat yang membara dalam dada, ada sebuah kebahagiaan merasuk dalam dada yang entah aku sendiri tidak mengerti kenapa bisa begini. Semoga ini bisa menjadi tabungan amal di hadapan Allah karena hanya ini yang bisa kuberikan dan kulakukan untuk dakwah ini, itu pikiranku waktu itu.

Waktu terus berputar…..dan sampailah pada kehidupanku saat ini.

Tahukah apa yang terjadi ?, aku harus bekerja yang mau gak mau aku harus banyak berkomunikasi dengan masyarakat dari berbagai suku bangsa, agama dan karakter. Berhubungan dengan birokrasi mulai dari kepala desa, camat, juga dengan staf pemda dan para pejabatnya. Disini bukan hanya semata berkomunikasi, tapi aku juga dituntut untuk bisa dan berani berbicara di depan umum dan forum resmi dan sekaligus harus menjalin hubungan dengan baik. Aku tidak pernah berfikir apa-apa dan aku sendiri merasa ini semua tidak menjadi beban bagiku, seakan mengalir begitu saja, biasa. Aku sendiri merasa heran mengapa harus seperti ini.

Dan kini, ketika aku renungkan, aku baru menyadari jika dulu ketika SMA aku memang terbiasa dan suka berbicara di forum resmi, selanjutnya aku pernah presentasi di depan para pejabat PEMDA sumedang, kemudian aku juga terbiasa berkomunikasi dengan masyarakat ketika menjelang Pemilu dulu. Ini barangkali salah satu hikmah yang kini kurasakan manfaatnya dari apa yang aku lakukan dulu.

Waktu dulu aku memang sama sekali tidak pernah terpikir jika semua yang kulakukan dulu akan bermanfaat bagi kehidupanku kini, setelah waktu berjalan, setelah situasi, kondisi dan tempat yang berbeda.

“Ah..sungguh Engkau memang maha kuasa Ya Rabb, engkau tahu mana terbaik bagi kehidupanku”.

Jika dulu aku pernah tidak punya uang sama sekali walau hanya untuk ongkos angkot pergi ke desa-desa serta untuk makan sehari-hari, tetapi saat ini justru Allah memberikan kemudahan rijki yang begitu besar dan mudah untuk ku. Jika dulu aku harus meminjam uang pada temen-temen ku, maka kini aku justru bisa meminjamkan uang, membayar jakat mal, memberi pada adik dan orang tua walau tak seberapa, memberikan angpau pada ponakan-ponakan kalau aku lagi cuti, aku bisa membeli lap-top sendiri, menyisihkan sebagian gajihku untuk ditabung, dll.

Subhanallah..sungguh Engkau Maha Kuasa dan Maha Pengasih Ya Rabb. Dulu Engkau memberi pelajaran yang begitu berharga, mungkin saat itu kadang aku mengeluh dan merintih, tapi ternyata Engkau maksudkan semuanya untuk kebaikan hidupku sendiri di masa yang akan datang.

Sungguh benar janjinya dalam Al-Quran : …Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia….(Q.S. Ali Imran : 191).

Ya Rabb, hamba mohon ampun jika selama ini hamba masih lalai untuk hanya mencintai-Mu..

Jika hamba masih terus terbelunggu oleh dunia..

Jika hamba masih menyimpan dunia ini dalam hati hamba dan bukan dalam genggaman tangan hamba..

Jika hamba menjadi insan yang tidak pandai bersyukur pada-Mu..

Berilah air suci mu, jadikan aku kekasih-Mu, biarkan aku hanya cukup mencintai-Mu saja….

Saat ini, tentu ada senyuman, kebahagiaan, keceriaan, dan juga tentu ada kesedihan, rintihan, dan permasalahan yang membebani dada. Seharusnya tidaklah semuanya membuat aku terlena dan terpuruk, karena sesungguhnya saat ini Allah tengah memberikan sebuah pelajaran kehidupan yang teramat berharga bagiku, yang Insya Allah suatu saat kelak akan sangat berharga dan bermanfaat bagi kehidupanku.

Karena Allah tahu mana yang terbaik bagiku dan hanya ingin memberikan yang terbaik bagiku, dan karena Allah tidak akan membawaku pada kemudharatan.

Aku yakin dengan sepenuh hati…Insya Allah….

Thursday, June 15, 2006

Aku Ingin Tetap Berjalan

Ada sebuah asa dalam dada yang mengaduk-aduk rasa, aku tak kuasa karena aku juga manusia biasa yang punya rasa sama seperti manusia lainnya, tentang kerinduan, tentang rasa cinta, seperti engkau saudaraku siapapun adanya dirimu, yang barangkali kini ikut membaca tulisanku ini, goresan pena tentang salah satu rantei kehidupanku diantara sekian banyak rantai-rantai yang menyusun mozaik indah kehidupanku. Kutuangkan dalam sebuah puisi tentang asa yang bergemuruh dalam dada. But, life must go on, hidup harus terus berjalan, seperti tarikan nafas yang juga akan terus berjalan, seperti aliran darah yang tak boleh berhenti bergerak.

Insya Allah aku dan mas Aji hari ini akan pergi ke Braja Sakti. Dari Bandar Lampung sekitar dua jam perjalanan. Berarti jika ditambah jam makan dan sholat, total perjalanan sekitar 5 jam.

“Akh..bener-bener aku ini tua di jalan”. He-he.

Mudah-mudahan aman, lancar dan tidak ada halangan.

Sekitar jam 13.00 kami berangkat Braja Sakti. Kali ini giliran si kijang merah yang menemani perjalanan kami. Kalau tidak ada halangan, insya Allah sekitar jam 15.00 aku sudah sempai ke tempat tujuan.

Hah…perjalanan yang melelahkan, ternyata aku baru sekitar jam 20.00 baru bisa sampai di Bandar Lampung lagi.
“Lemes men”…..

Aku harus terus dan tetap hidup, aku harus terus berjalan, seperti angin yang tetap berhembus walau harus banyak tertahan rimbunnnya pohon dan tingginya gunung menjulang. Seperti ombak yang tak pernah lelah dan putus asa untuk terus bergerak dan bergerak walau setiap waktu harus menghantam kerasnya sang Batu Karang.

Aku ingin tetap tersenyum dan terbang tinggi seperti elang putih di angkasa biru. Aku ingin bisa berkarya, karena aku ingin bisa berguna untuk umat, agama, bangsa dan negara, minimal aku tidak menjadi beban bagi orang lain.

Wednesday, June 14, 2006

Apa-Apa yang Harus Menjadi Milik Kita, Tidak Akan Luput Dari Genggaman

Sebelum aku latihan, aku mampir dulu ke Warnet yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempatku latihan. Sepertinya tanpa sadar, aku meletakan handphone ku di samping monitor komputer. Karena terburu-buru, setelah membayar, aku langsung lari aja tanpa sadar jika HP ku ketinggalan.

Sekitar jam 18.10 aku sudah ada di rumah kembali, aku bener-bener kaget kok hp ku gak ada yah. Aku coba kontak Bang Armin, siapa tahu Hp ku ketinggalan di Mobil, ternyata dia gak melihat katanya.

Akhirnya aku memutuskan untuk kembali lagi ke warnet itu, siapa tahu memang Hp ku ketinggalan disana.

Dan Ternyata Allah memang maha kuasa, Hp ku masih ada di tempatnya semula, di samping monitor komputer. Alhamdulillah…

”Ih.. aku ini emang pelupa”
“Kembali Allah menunjukan pelajarannya padaku, sekaligus menunjukan betapa kuasanya Allah SWT”, gumamku dalam hati.

Apa-Apa yang Harus Menjadi Milik Kita, Tidak Akan Luput Dari Genggaman Kita.

Tidak ada yang sulit dan tidak mungkin bagi-Nya.

Terimakasih Ya Rabb…atas pelajaran yang telah Engkau tunjukan.

Perjalanku Hari Ini

Sekitar jam 10 siang tadi aku berangkat ke Lampung Timur. Rencananya aku mau ketemu Kepala Desa Mandalasari untuk menginformasikan tentang rencana akan diadakannya rapat untuk mencari penyelesaian masalahyang dihadapi. Disepanjang perjalanan seperti biasa aku lebih banyak tidurnya daripada ngobrol dengan Bang Armin yang bertugas memegang stir si kijang biru. Lantunan suara The Fikr yang sesekali diselingi tausyah nya Aa Gym semakin membuat aku semakin terkantuk-kantuk. Akhirnya….Zzzzzzzzz….aku mulai memasuki alam mimpi.

“Bang Armin, kita makan aja dulu yah, laper nih”, ajaku ke bang armin
“Ya udah, mau makan apa ?. tongseng lagi ?” tanya nya..
“Engga akh, dah bosen lagian kolesterol, kalau ada mah sayah inginnya makan sama pais peda aja ditambah tumis kangkung da..”, nadaku serius.
“Mana ada disini mah yang kayak gituan. Di warung padang aja yah ?” tanyanya
“Ya udah”, jawabku sambil membetulkan letak sabuk pengaman yang terasa menyesakan dadaku.

Sekitar jam 12.10 kami beres makan, sekalian sholat dzuhur selanjutnya aku langsung melanjutkan perjalanan.

Jam 12.30 aku sudah sampai di rumah pak Kades. Kami ngobrol ngalor ngidul mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi.

Sekitar jam 13.30 aku akhirnya pamit dan langsung menuju ke Desa Sri Minosari, mudah-mudahan kepala desanya ada. Kami motong jalan supaya cepat sampai, jalannya memang parah, banyak kubangan air maklum di desa terpencil. Setelah sampai di Desa Sriminosari, ternyata kadesnya tidak ada, katanya lagi rapat ke Kabupaten. Yah….gagal deh. Akhirnya aku pun kembali lagi ke Bandar Lampung.

“Bang.., kerjaan kita ini aneh yah, bayangin aja kayaknya kita ini tua di jalan. Hampir empat jam sampai lima jam perjalanan kita pulang pergi, sedangkan ketemu dengan orang yang kita tuju paling hanya sekitar 1 – 1,5 jam..he-he”, omonganku pada bang armin,
“Ia..aneh memang, tapi mau gimana lagi, emang kerjaanya kayak gini” jawabnya sok serius.
“Ia, lagian sambil jalan-jalan aja ya Bang”..aku menanggapi.
“Heeh…”Jawabnya singkat.

Si Kijang Biru terus melaju dengan kencang menuju Bandar Lampung, membelah air hujan yang turun dengan deras. Kali ini lantunan Robbani, Brother dan In-Team yang menemani perjalanku. Semoga aku bisa selamat kembali sampai Bandar Lampung. Mudah-mudahan sekitar jam 4 sudah sampai. Aku mau latihan Boxer. Oh ia, aku juga juga belum nyiapain materi buat ngisi taklim nya anak-anak remaja masjid.

Setelah sekitar setengah jam perjalanan, akhirnya….

Zzzzzzzzzzz……aku kembali tertidur……..

Tuesday, June 13, 2006

Bodohnya Kita, Terkadang Lebih Suka Menyakiti Diri Sendiri

Sekret Tim Tanah PGN, 10.30 WIB
“Aduh..sakit”, kudengar teh elis (teman kerjaku) menjerit. Ku longokan kepalaku, sejenak kuhentikan tanganku yang sedang asik bermain-main diatas tuts komputer. Aku memang sedang membuat notulensi rapat. “Ada apa te Elis ?..” tanyaku. “Ini kang, jari kelingking kakiku keinjak kaki kursi”.
“Lho..kok bisa kursinya jadi nakal kayak gituh” tanyaku sekenanya.
Sambil meringis dia menjawab “Bukan begitcu, tadi aku kan mau duduk di kursi mau ngetik, tapi kayaknya aku lupa waktu kursinya ku angkat, eh ternyata jari kakiku malah keinjek sama kaki kursi”.
Aku cuman manggut-manggut, “Jadi sebenarnya kursinya mah gak nakal dong ? dan bukan salah kursinya atuh ?”
“Emang…ini mah salah dirikuh sendiri alias lepat abdi nyalira akang, lagi pula semua kursi gak ada yang nakal, yang nakal mah si akang.” jawabnya serius dengan mimik meringis kesakitan.
Aku pun nyeletuk lagi sekenanya..”Memang, kadang kala justru sebenarnya kita lah yang menyakiti diri sendiri. Bukan orang lain, tapi karena ego kita kemudian kita mengatakan pada diri sendiri kemudian pada semua orang, jika orang lain lah yang telah menyakiti diri kita. Yah..itulah kehidupan”.
“Ih..si akang mani puitis begitcu omongannya, kayak pujangga ajah, Kahlil Gibran kayaknya kalah nih puitisnya”. Komentarnya sambil terus meringis dan memegang jari kelingking kakinya.
“he-he..ia yah, kok akang jadi puitis begini yah, langsung nyambung begitcu, tok cer. Begitu ada peristiwa langsung deh keluar bahasa yang melangit. Kayaknya ini gara-gara akang sering nulis cerita-cerita puitis di blog”.
“He-He....” Aku hanya ketawa sambil garuk-garuk kepala.
“Udah teh elis jari kakinya di urut saja pake minyak tawon, biasanya kalau di diemin, nanti lama-lama akan mati rasa, kemudian membusuk, terus lama-lama harus di amputasi mulai dari pergelangan kaki”..saranku dengan mimik penuh perhatian dan serius.
“Ih..sebbeeel, bukannya nolongin ini mah malah nakut-nakutin, lagian mana ada jari kakinya yang keinjek kursi kok diamputasinya dari pergelangan kaki”..protesnya sambil merengut.
“He-he” aku hanya cengar-cengir sambil pergi ke kamar nyari minyak tawon kemudian kuberikan kepadanya.

Sekret Tim Tanah PGN, 11.00

“Ih sebel kenapa ini kepala rasanya gerah dan gatel bener, padahal kan aku belum sebulan habis dicukur”..gerutu ku sambil garuk-garuk kepala. Memang aku ini sudah cukup lama suka di cukur cepak alias pendek bener. Bayangin, sekitar 3 minggu sampai 1 bulan sekali aku potong rambut.
“Ah mumpung lagi gak ada kerjaan, di cukur dulu ah..ke Barber Shop Plamboyan”…aku pun segera bangkit pergi keluar, kebertulan letak Barber shop Plamboyan tidaklah terlalu jauh dengan tempatku bekerja.

Barber Shop Plamboyan, 11.15
Aku sedang dicukur oleh Willi, tukang cukur langgananku. Sambil aku dicukur, pikiranku melayang mengingat kembali peristiwa ketika teman kerjaku (teh elis) keinjek jari kakinya oleh kaki kursi dan ucapanku yang sepontan tentang “diri kita yang lebih sering menyakiti diri sendiri”.

Ah…iya yah, mamang kadang kala di sengaja maupun tidak, seringkali yang membuat kita merasa sakit, sedih, tertekan, menderita itu diri kita sendiri dan bukan orang lain. Tapi karena ego kita kemudian kita dengan lantang mengatakan jika orang lainlah yang telah menyakiti diri kita.

Ini barangkai lebih terkait dengan masalah penyikapan kita dengan sebuah masalah. Contohnya begini, ada sebuah masalah yang sebenarnya kecil alias sepeleh gitu loh..tapi karena dasarnya emang kita mah cengeng, masalah sepeleh itu kemudian kita besar-besarkan dan akhirnya memang menjadi begitu besar (bagi diri kita maksudnya).

Bisa jadi ini juga bisa dikaitkan dengan sebuah ungkapan tentang betapa kuatnya persepsi atau pikiran kita tentang sesuatu. Ketika pikiran kita mengatakan jika permasalahan yang kita hadapi adalah berat, kemudian maslah itu memang akan dirasakan sangat berat oleh diri dan hati kita. “Hati itu ibarat magnet”, begitu ungkapan yang pernah kubaca entah dari buku apa dan kapan bacanya, lupa lagi.

Sebaliknya jika pikiran kita mengatakan, “ah ini mah maslah kecil, tidak perlu aku besar-besarkan, nanti juga selesai sendiri, insya Allah pasti ada hikmah di balik semua ini, semua masalah pasti akan berakhir seperti malam yang pasti akan berubah menjadi siang, seperti hujan yang berganti kemarau, seperti air panas yang pasti lama-lama akan menjadi dingin”, pasti masalah itu akan terasa ringan di hati, dan kita akan tetap enjoy dalam menghadapi hidup ini. “Easy going alias life must go on ajah gitcu loh”……

“Udah mas dicukurnya, tuh jadi tambah gagah dan guanteng aja kan kalau rambutnya cepak kayak begini mah ?” kudengar omongan si abang tukar cukur, membuyarkan lamunanku…
“Oh ia makasih yah, tadinya kalau gak jadi gagah dan guanteng saya gak akan bayar ongkos dicukurnya lho..he-he”, aku sambil ketawa dan ngelihat di kaca.
“Udah yah…makasih willi”, aku pun akhirnya pergi sambil tidak lupa menyelipkan uang tip Rp 10.000,- ke tangannya kemudian baru menuju loket dan kubayar ongkos cukurnya sebesar Rp 9.000,-.

Hidup….Hidup….

Memang, justru sebenarnya diri kitalah yang telah membuat diri kita merasa sakit dan menderita, bukan orang lain……

Monday, June 12, 2006

Dengan Cara Apa Kita Dulu Dibesarkan

Jika anak banyak dicela, ia akan terbiasa menyalahkan
Jika anak banyak dimusuhi, ia akan terbiasa menentang
Jika anak dihantui ketakutan, ia akan terbiasa cemas
Jika anak banyak dikasihani, ia akan terbiasa meratapi nasibnya
Jika anak dikelilingi olok-olok, ia akan terbiasa menjadi pemalu
Jika langkah anak dikitari rasa iri, ia akan terbiasa merasa bersalah

Jika anak serba dimengerti, ia akan menjadi penyabar
Jika anak banyak diberi dorongan, ia akan terbiasa percaya diri
Jika anak banyak dipuji, ia akan terbiasa menghargai
Jika anak diterima oleh lingkungan, ia akan terbiasa menyayangi
Jika anak tak banyak dipersalahkan, ia akan terbiasa senang menjadi dirinya sendiri
Jika anak mendapat pengakuan dari kiri kanan, ia akan terbiasa menetapkan arah
Jika anak diperlakukan jujur, ia akan terbiasa melihat kebenaran
Jika anak ditimbang tanpa berat sebelah, ia akan terbiasa melihat keadilan
Jika anak mengenyam rasa aman, ia akan terbiasa mengandalkan diri dan mempercayai orang sekitarnya
Jika anak dikerumuni keramahan, ia akan terbiasa berpendirian :

“Sungguh Indah Dunia Ini”


pertanyaannya kini, “dengan cara apa dulu kita dibesarkan oleh orang tua kita ?..”

Tidak perlu dijawab dengan kata-kata, karena semuanya hanya butuh sebuah bisikan dalam hati yang berani berkata dengan jujur pada suara nurani. Karena apapun jawabannya, semuanya sudah berlalu, dan sang roda waktu tak pernah bisa menggelinding kembali ke belakang. Kini mungkin kita sudah tumbuh menjadi sebuah sosok yang dewasa (umur maksudnya). Mungkin ada yang sudah berumur 17 tahun, 20 tahun, 25 tahun dan seterusnya dengan sebuah karakter yang melekat pada diri kita.

Mungkin ada diantara kita yang kini tumbuh menjadi sebuah sosok yang penyabar, percaya diri, terbiasa menghargai orang lain, menyayangi dengan tulus, optimis, berani menatap kedepan, punya prinsip dan karakter positip lainnya. Segeralah panjatkan puji syukur pada Sang Kuasa, karena dengan petunjuknya kemudian orang tua kita mendidik dengan cara yang seharusnya. Bersimpuhlah pada pangkuan ibunda dan ayahanda tercinta, sampaikan dengan segenap air mata kebahagiaan..”Ibunda, ayahanda, tidak ada kata yang paling pantas diucapkan oleh ananda, selain ucapan terimakasih dari lubuk hati yang paling dalam kepada ibunda dan ayahanda yang telah mendidik ananda dengan segenap kasih sayang dan keteladanan”.

Bila kini, ada mungkin diantara kita yang terbiasa menyalahkan orang lain, menentang orang lain, cemas, terbiasa meratapi nasibnya, pemalu, rendah diri, tertutup dan introvert, pendendam, tidak punya pendirian alias plin-plan dan segenap karakter negatif lainnya, apakah kita kemudian akan menyalahkan dan membenci orang tua kita sendiri karena mereka telah salah mendidik kita ?.

Entahlah, tapi yang jelas bila kita tanyakan masalah ini pada orang bijak, semuanya pasti akan menjawab “tidak ada alasan untuk membenci orang tua kita sendiri, siapapun dan bagaimanapun mereka adanya”.

“Setuju..100 %”, aku setuju dengan pendapat orang-orang bijak tersebut. Siapapun dan bagaimanapun adanya orang tua kita, begitu dan terlalu banyak jasa mereka bagi hidup kita, yang tak akan pernah terbalas sampai kapanpun. Jadi hormati dan sayangilah mereka dengan sepenuh hati.

Belajarlah berdamai dengan takdir. Terimalah kenyataan adanya kita dan keberadaan mereka. Berusahalah untuk memohon petunjuk dan bimbingan dari Sang maha Kuasa untuk membantu merubah bahkan menghilangka semua karakter negatif kita dan menggantinya dengan karakter yang positif. Tidak ada yang sulit dan tidak mungkin bagi Allah.

Pertanyaan yang kemudian harus terus kita camkan dalam hati kita adalah :

“Dengan Cara Apa nanti kita Akan Membesarkan Anak-Anak Kita ?”

kembali tidak perlu dijawab dengan kata-kata maupun argumentasi. Cukup bulatkan tekad dalam hati, tancapkan dalam hati sanubari menjadi sebuah tekad yang membara, jika kita akan mendidik anak kita menjadi Anak Yang Sholeh, mendidik dengan cara Rasulullah membesarkan anak-anaknya.

Aku percaya, siapaun yang membaca tulisan ini adalah orang-orang yang sholeh dan sholehah. Jadi Insya Allah aku doakan dengan sepenuh kesungguhan hati, semoga engkau kelak bisa mendidik anak-anak belahan hati dengan cara yang benar dan tumbuh menjadi anak yang sholeh. “Tolong doakan aku juga yah ?”.

Bila kita tak memiliki harta untuk beramal jariyah, bila kita tak memili ilmu yang bermanfaat, lantas apalagi yang bisa kita harapkan untuk menjadi bekal tabungan kita di akhirat kelak selain memiliki seorang Anak Yang SHOLEH.

Wallahualam..
######
Perenungan di saat kesendirian, di Sekret Tim Tanah PGN

Sunday, June 11, 2006

"Ya Allah, Gantilah dengan Yang Lebih Baik"

Kubuka kembali majalah Tarbawi ini, dan roda kereta api pun masih terus melaju dengan kencang, tanpa ragu dan terus melaju, terus melaju kedepan menyongsong sebuah stasiun tujuannya.

Kubuka tema tentang Kajian Dirosat. Judulnya “Ya Allah, Gantilah dengan Yang Lebih Baik”

Maha Suci Allah yang telah memberikan cobaan kepada makhluk-NYA dengan cara mengirimkan bencana, atau terkadang membuatnya terhina, atau mungkin pula menjadikannya terkucilkan, namun setelah itu Dia memperlihatkan mutiara hikmah dibalik keputusan-Nya.

Lihatlah bagaimana Nabi Nuh as yang dicaci dan dimaki dan dipukuli oleh kaumnya hingga pingsan, namun beberapa saat kemudian ia bersama kaumnya yang beriman selamat dari topan dan banjir besar, sementara musuhnya tenggelam di dasar laut.

Ingatlah Ibrahim, sang kekasih Allah yang dilemparkan kedalam api yang berkobar-kobar, namun setelah itu ia selamat dari kobaran api yang sangat panas itu. Lihat pula putranya, Ismail yang dengan pasrah bersedia untuk dikorbankan demi ketaatan kepada perintah Allah, namun kemudian diselamatkan, dan pujian atas kesabarannya tetap abadi didalam Al-Qur’an.

Perhatikanlah Yusuf as yang dilemparkan kedasar sumur lalu ditinggalkan sendiri ditengah pada pasir, namun setelah itu ia diangkat menjadi seorang raja. Demikian juga Musa as, yang terusir dari negerinya dan hanya bekerja sebagai penggembala domba namun akhirnya menjadi satu-satunya nabi yang bergelar Kalimullah; orang yang diajak bicara oleh Allah secara langsung.

Ingatlah pula junjungan kita Muhammad saw, yang sejak kecil sudah yatim dan selalu ditimpa berbagai cobaan serta menerima penindasan dari musuh-musuhnya, namun pribadinya lebih kokoh dari gunung uhud. Usaha kerasnya kemudia berhasil; banyak sudah negara-negara besar yang beliau taklukan,tercapai pula cita-cita dakwahnya kepada para raja sebelum akhirnya datanglah tamu untuk mencabut nyawanya.
………………………………………………………..

Ah…..Ya Rabb…hamba mohon ampun pada-Mu. Atas kelemahan dan kebodohanku selama ini, jika hamba kurang bersyukur atas nikmat yang selalalu Engkau Berikan.

Aku bukanlah manusia mulia seperti Nabi Nuh, Ibrahim, Yusuf, Ismail. Apalagi semulia Rasulullah Muhammad SAW. Ujian dan permasalahan hidupku pun tidak lah seberat dan serumit ujian bagi para manusia agung itu. Tapi sungguh Ya Rabb, hamba begitu cengeng, lemah, ringkih, labil dan tiada daya dan upaya. Hamba sungguh malu Ya Rabb.

Engkau berjanji akan mengganti dengan yang lebih baik, Engkau nyatakan jika Engkau tahu mana yang baik dan mana yang buruk bagiku, tapi aku selalu ragu dengan diriku sendiri, selalu ada duka nestafa, selalu ada ringkihan kesedihan dan air mata setiap kali ujian itu datang melanda. Hamba mohon Engkau ampuni hamba-Mu ini Ya Rabb.

Ya Allah hamba mohon berilah hamba kekuatan untuk bersabar. Dan berikanlah pahala kesabaran atas musibah yang menimpaku, dan gantilah sesuatu yang lebih baik darinya untukku”.

“Hamba pasrahkan..hamba sandarkan diri ini pada kekuatan-Mu. Hamba cukupkan Engkau yang menjadi tempatku bersandar, karena hamba yakin dengan sepenuh jiwa, Engkau tidak akan mengecewakan siapapun yang bersandar kepada-Mu”.

Kututup kembali majalah tarbawai ini. Kupejamkan mataku, ada air suci yang membasahi mataku. Kurasakan ada sebuah cahaya suci, air kesejukan menjalar memasuki relung hatiku yang paling dalam. Mengalir keseluruh sendi-sendi dan aliran darahku. Ku tarik napas perlahan. Terimaksih Ya Rabb, Engkau memang Maha Kuasa.

Kumasukan kembali majalah Tarbawi itu kedalam tas. Aku melihat kanan kiri, semoga saja tidak ada yang melihat dengan apa yang terjadi pada diriku tadi. Tidak lama kemudian kereta pun berhenti di Stasiun Gambir. Aku berjalan keluar dengan dada yang membusung, dengan wajah yang tegak kedepan, dengan tatapan mata penuh kekuatan.

Setelah membeli tiket bus yang berangkat jam 21.00, aku sholat magrib dan Isya di mushola dekat pool Bus Damri. Aku kembali bersujud tanda aku hanyalah seorang hamba yang lemah, aku kembali tengadahkan kedua belah tangan, mengadu, menghiba, memohon belas kasihan Sang Maha Pencipta. Ada air bening yang kembali mengalir, menganak sungai diatas pipiku.
Ada sebuah rengkuhan doa :

Ya Rabb, hamba pasrahkan diri ini dengan sepenuh jiwa pada-Mu
Hamba hadapkan diri segala kelemahan dan kebodohanku
Hamba lemah, ringkih..Engkau Maha Perkasa, Maha Kuat

Hamba mohon, petunjuk dan bimbingan-Mu
Jangan biarka hamba melangkah sendirian kemudian tersasar ke jalan yang salah

Bimbinglah setiap perkataan, setiap tatapan mata, setiap langkah kaki, setiap gerakan tangan, setiap lintasan pikiran, setiap harapan, setiap perbuatan, setiap lantunan niat..semata-mata hanya karena-Mu.

Hamba mohon ampun atas segala dosa, maksiyat.
Hamba serahkan diri ini hanya pada-Mu.

Berilah hamba kesempatan, disisa umur hamba yang entah berapa lama lagi, untuk mempergunakannya di jalan kebaikan, takwa, ketaatan pada-Mu, di jalan Dakwah yang telah Engkau gariskan.

Berilah hamba kekuatan untuk menjadi insan yang pandai bersyukur.

Ya Allah, lakukan semua yang Kau kehendaki, aku pasrah dengan keberadaanku, aku ridho dengan apa yang akan Kau lakukan, aku bertawakal pada-Mu, karena aku yakin Kau tidak akan menjerumuskanku menuju kemudharatan.

Ya Allah, apa yang datang dari-Mu aku senang menerimanya, Aku yakin Engkau tiada akan menelantarku dalam keburukan.

Karena Engkau Akan menggantinya dengan yang lebih baik..

Tepat jam 21.00, Bus Damri mulai berjalan….dan jika Allah menghendaki, Insya Allah besok pagi sekitar jam 04.00 aku akan sampai di Bandar Lampung. Kembali menyongsong harapan dan cita-cita, karena aku segera bangkit. Aku akan terbang bagai elang di angkasa. Allahu Akbar !!!!!.

Kisah Kapten James Yee, Seorang Tentara Amerika

Sekitar jam 17.20 aku naik Kereta Api Pakuan Ekspres dari stasiun kereta api Bogor. Stasiun Gambir adalah tujuanku, karena disana aku akan melanjutkan perjalananku dengan Bus DAMRI menuju Bandar Lampung.

Alhamdulillah keretanya tidak penuh, aku bisa lebih nyantai. Kepalaku berat sekali rasanya, mataku mulai panas, aku ingin istirahat, tidur. Kecapean kali yah, dua hari aku di Bogor keliling kesana kemari, silaturahim dari satu pintu rumah ke pintu rumah lainnya, dari satu pintu kost ke pintu kostan lainnya. Aku rindu ingin ketemu dengan saudara-saudaraku, aku rindu ingin melihat wajah sejuk ustad-ustad itu, dan tausyah dari orang-orang sholeh itu.

Ku sandarkan kepalaku, kupejamkan mataku. Tapi..”ih sebel, cape tapi kenapa gak bisa tidur, mendingan baca aja deh”. Beruntung aku tadi membeli majalah tarbawi edisi terbaru. “Drama Kehilangan dan Kesadaran”, ini judul di kover depannya. Aku buka-buka, sambil kepalaku terus bersandar di kaca belakang.

Kubukan bagian Ufuqiyat, tertulis judulnya “Kapten James Yee : Tentara Amerika yang Membongkar Penghiantan Pemerintahnya”.

Diceritakan tentang seorang Ulama tentara amerika yang beragama islam yang kemudian ditugaskan untuk menjadi pembimbing Ruhani di penjara Guantanamo Kuba. Sampai pada suatu hari, dia ditangkap dengan tuduhan sangat serius, yaitu melakukan kegiatan mata-mata Kapten Yee ditangkap dan diinterogasi. Sejak saat itu konspirasi busuk menghancurkan karier militer dan reputasinya sebagai perwira militer yang cemerlang. Sungguh dramatis, hanya karena ia seorang muslim.

Ia menulis sebuah buku, tentang pengalamannya menyaksikan penyiksaan di Penjara Guantanamo Kuba. Sebuah buku yang sangat menyentuh rasa keadilan dan kemanusiaan, “For God and Country”. Di akhir kisahnya, James Yee memberikan penutup yang begitu bermakna :
“Aku adalah prajurit Amerika, seorang warga negara dan seorang patriot. Tapi dalam tatapan kecurigaan, aku adalah minoritas sesat yang tidak memiliki hubungan inklusif dengan pemerintahan nasional Amerika. Aku hanya seorang Muslim”

“Aku adalah seorang patriot, dan warga negara Amerika yang setia. Aku bukanlah teroris dan juga bukan seorang mata-mata”

Kupejamkan mataku, aku mulai berkaca-kaca, aku memang begitu tersenntuh, aku terharu, aku bangga akan perjuangan Kapten James Yee. Semoga Allah memberikan kesabaran dan kekuatan kepada beliau, menggantikan semuanha dengan yang lebih baik, tetap istiqamah di jalan yang telah diyakininya.

Lalu siapakah aku ?..apa yang telah aku lakukan untuk Umat ini ?.. untuk agama ini ?..Untuk jalan dakwah ini ?.. Aku masih terus terlena dengan kehidupan pribadiku, pada saat seharusnya aku lebih perduli akan nasib umat ini, umat yang sedang tertindas, lemah dan menderita. Sungguh aku sangat malu dengan diriku sendiri.

“Ya Rabb..Bila hari-hari hamba selama ini berisikan kesia-siaan, dosa dan maksiyat..berilah hamba kesempatan kini untuk untuk bisa menjadi yang terdepan dalam kebaikan dan dalam jalan dakwah menyeru pada-Mu”.

Ah…kupejamkan mataku. Kereta berhenti perlahan. Aku longokan pandanganku ke luar jendela, ternyata baru sampai di stasiun Depok Baru. Majalah tarbawi itu masih digenggaman tanganku, lalu kupejamkan kedua mataku yang terasa semakin panas. Pikiranku melayang kesana kemari, menembus ruang waktu dan dimensi, menelusuri setiap jejak langkah kehidupanku. Aku merasa semakin kerdil, kecil, lemah. “Ah.. Ya Rabb, berilah hamba kekuatan, tanpa kuasa dan belas kasihanmu, hamba hanya akan menjadi insan yang tiada guna.”

Kereta terus melaju, dari satu stasiun ke stasiun berikutnya. Sama dengan langkah hidupku yang terus berjalan dari satu fase kehidupan ke fase kehidupan lainnya. Terus maju kedepan, dan tak sedetik pun mundur kebelakang. Stasiun-stasiun kereta api yang telah lewat hilang tertelan ruang dan waktu. Sama seperti langkah hidupku, setiap waktu berjalan, semuanya hanya tinggal kenangan menjadi sebuah jejak yang dinamakan masa lalu. Entahlah apakah masa yang telah lewat berisikan kebaikan atau justru lebih banyak berisikan dosa dan maksiyat.

Ah….semoga pada stasiun-stasiun kehidupanku kedepan, aku meninggalkan tabungan pahala dan kebaikan, bukan tumpukan sampah dosa dan noktah maksiyat.

Semoga Allah masih memberikan kesempatan padaku untuk terus melangkah menuju stasiun-stasiun kehidupanku selanjutnya, sampai aku layak untuk disebut insan bertaqwa, insan yang dicintai-Nya, insan yang layak untuk menjadi kekasih-Nya. Amiin

***aku kala diatas gerbong Kereta Pakuan Ekspres. Bogor - Gambir***

Saturday, June 10, 2006

Aku Sudah Kembali

Hari Sabtu pagi sekitar jam 4 subuh, aku sudah nyampe lagi di Bandar Lampung, sebuah tempat yang tak pernah terbayang aku akan tinggal begitu lama di dalamnya. Sudah sekitar dua tahun aku tinggal di kota ini, untuk mengais rejeki mencari sepiring nasi. Wallahualam sampai kapan takdir akan menempatkan aku tinggal di kota ini, tapi yang jelas disini aku bukan hanya mendapat sepiring nasi untuk bertahan hidup, tapi Allah memberikan karunia sangat berharga..saudara dalam menapaki kebaikan. Ada akh dodo, Agus ma, Irwansyah, Aping, Harist, dll. Ada juga teman-teman latihanku di Tarung Derajat (BOXER), khususnya di Satlat UNILA, ada Desnu, Anto, kang Yopi, dll.

Eh..jadi ngelantur kemana-mana, balik lagi ke tema awal aja yah…

Dalam libur cuti kemarin, sekitar 5 hari aku di kampung halaman tercinta (Sumedang), dan dua hari di kota penuh kenangan Bogor kota hujan tea tapi manis panas pizann. Ada banyak hal yang aku dapatkan selama aku cuti kemarin. Ada kesedihan dan air mata (“ih..cengeng yah kayak bukan cowok aja”, BIARIN..”cowok juga kan manusia, punya rasa punya cinta, jangan samakan dengan pisau belatiiiii.he-he.). Ada kegalauan, ada kebimbangan, ada ketakutan.

Tapi langit tak selamanya mendung, dalam cuti kemarin juga ada senyuman, tawa, canda, kebahagiaan, kerinduan. Di Bogor aku ketemu dengan orang-orang dari masa lalu yang lama sekali gak ketemu sejak aku ke Lampung. Sengaja aku ingin ketemu dan silaturahim ke Ustd Hamim, Ustd Syamsudin, Ustd Sidik, Mas wasto, Kang Dadan, Toni Firman, Rozi, Kang Bule, Kang Toni, dll.

Hidup sesungguhnya adalah rangkaian hikmah dan hikmah. Itu saja, tapi ini untuk orang yang berfikir. So…insya allah aku ingin dan akan berusaha mengambil hikmah dan pelajaran dari semua kesedihan, kegalauan, rintihan, air mata, kebimbangan dan ketakutan yang aku rasakan, sama halnya dengan kebahagiaan, senyuman, canda, tawa, kerinduan yang aku temukan. Semoga semua itu membuat aku semakin dewasa, semakin mengerti jika Allah sesungguhnya sangat menyayangi dan mencintaiku, jika Allah hanya ingin memberikan yang terbaik bagi kehidupanku, betapapun beratnya ujian yang Allah berikan dalam setiap gerak dan tarikan nafasku, tapi disana, disuatu hari, disuatu kesempatan, di suatu tempat….aku yakin Allah akan memberikan semua yang terbaik untuk kehidupanku. Karena Dia adalah kekasih-Ku, yang tak akan pernah mengecewakan kekasihnya, karena dia tempatku bersandar yang tak akan pergi dari tempatnya.

Disini, hari ini, di tempat ini…aku hanya ingin bertekad, aku hanya ingin bangkit, aku hanya ingin bersemangat lagi, aku hanya ingin tersenyum, aku tidak ingin menangis lagi, tidak ada rintihan dan kegalauan. Cukuplah air mata ini kupersembahkan untuk kekasihku yang Abadi, di dalam rengkuhan doa, dalam sujud kerendahan diri, dalam rintihan pengakuan dosa, dalam kerinduan akan belas kasihan-Nya.

Banyak yang ingin aku ungkapkan di blog ini, semoga ini akan menjadi saksi dari rangkaian rantai kehidupanku. Bila esok atau lusa Allah memanggilku, semuanya akan menjadi saksi jika aku memang manusia biasa yang sangat membutuhkan cinta, mencintai, dicintai, merindui, dirindui. Jika aku merintih, galau, sedih kemudian menangis. Jika aku pernah tersenyum, tertawa, senang dan bahagia.

Bila ternyata ada yang membaca tulisan di blog ini, aku ingin mereka tahu inilah aku dengan segala kekurangan dan kelemahanku, dengan segala potensi dan kelebihanku. “Bermanfaat ?”..aku rasanya gak PE-DE jika tulisan dan pengalaman hidupku akan bermanfaat bagi orang lain, But jika ternyata ada yang mau membaca dan bisa mengambil manfaat, aku bersyukur, semoga ini bisa menjadi tabungan amalku untuk kelak di alam akhirat. Amiin.

Sebenarnya aku sudah menulis beberapa judul tulisan yang kusimpan di File Laptop ku. Antara lain : Aku Sangat Mencintainya, Mengapa Aku Begitu Terpuruk ?, Kini Semuanya Sudah Berakhir, Teruntuk Orang Yang Aku Cintai, Hamba Pasrahkan Semuanya Pada-mu Ya Rabb, Dan Allah Pun Cemburu. Tapi sepertinya ada beberpa hal yang harus aku edit dulu, sehingga layak dan pantas untuk aku masukan di Blog ini. Aku agak ragu apakah pantas jika aku menuliskan semuanya di blog ini. Tapi..lihat aja nanti.

Selain itu ada beberapa lintasan ide yang belum sempat aku tuliskan, mungkin akan aku beri judul : “Carikan Aku Istri”, ini diilhami setelah membaca sebuah Novel dengan judul yang sama karangan Arul Khan. Aku membeli novel tersebut ketika di Bogor kemarin.

Selain itu aku juga ingin menulis tentang : “ABCD” (ABRI Bukan Cepak Doang) ini tentang alasan mengapa aku selalu dicukur pendek alias cepak.

Aku juga ingin menulis tentang “Air Mata Seorang Lelaki”, ini didasari tentang seorang laki-laki yang perperasan halus dan bisa menangis…(Settt..jangan ribut, ini kan tentang Aku..he-he)

Ketika pulang ke Sumedang aku juga sengaja membawa beberapa foto dari perjalanan hidupku di masa lalu. Rencananya akan aku scan, kemudian di buat rangakaian perjalanan dan hikmah dibalik semuanya lalu aku masukan ke blog. Foto-foto itu antara lain : Foto aku ketika umur 2 tahun berdua dengan kakak ku, Foto ketika Praktek Umu Kehutanan di Gunung Gede Pangrango, Foto bersama dengan teman-teman di Tim Kepanduan, Foto ketika aku mengerjakan proyek Sertifikasi HPH di Kabupaten Poso Sulawesi Tengah (waktu itu sedang kondisi konflik SARA), Foto ketika survey Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Puhawang (Lampung), dll.

Semoga dalam waktu secepatnya aku segera bisa memasukan tulisan-tulisan tersebut ke dalam blogku..

Ya Rabb, berilah hamba kekuatan dan kesabaran..
Untuk tidak berputus asa dari rahmat dan karunia-Mu..
Berilah hamba kekuatan untuk mengikhlaskannya..
Jangan biarkan ujian membuat hamba lari dari jalan-Mu..
Berilah hamba kekuatan untuk mengambil hikmah dan pelajaran..
Berilah hamba kekuatan untuk bersabar menunggu datangnya keputusan-Mu..
Gantilah hati hamba dengan hati yang baru..hati yang bersih..
Hati yang sudah merasa cukup dengan cinta-Mu..


Semoga Rindu Ini Akan Segera Sampai Pada Muaranya….
(ini mengutip ungkapan Mba Izti…sang Bidadari Biru)
#########
Aku dalam perenungan tentang makna perjalanan di samudra kehidupanku..
Sekret Tim Tanah PGN..Bandar Lampung
Rafi ramadhani Yusuf